Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Salamun Qaulam Mirrobbir Rohim; Merindu Ayah


Ayah tafakurku mengerang menyebut namamu
Lalu dzikirku menyentuh salamun-salamun salammu

Aku tuliskan puisi
Ku kirimkan pada jelmaan-jelmaan  salamun-salamun menuju liang kuburmu

Ayah aku temani batu kecil dan karang besar
Dibelasan tahun pada usia senja yang berbeda
Bersama hujan singgah di pelantara rumahmu

Bermain rumput dan gundukan sekitar,
Merindui lelaki sederhana berhati mulia pemilik sejarah

Ayah tafakurku mengerang menyebut namamu
Lalu dzikirku menyentuh salamun-salamun salammu
Sementara itu, tangisan berlari pada batu-batu kecil
mengejar jauh mata air susu ibu ke ibu.

Dan;
Dipertukaran senyum pada jarak yang begitu dekat, dan berbeda
Aku tak memerlukan serupa bulan, bintang, matahari, lampu, bahkan petromaks lainnya.

Aku menjelma gadis dengan usia dua puluh satu tahun yang menua

Tragedi persaksian Ayah
Bintang harapan Ayah
Kepuitisan Ayah
Menjelma salamun-salamun salam mendalam (*)

Malang, 19 Februari 2017

*Nay Juireng Dyah Jatiningrat, Lahir di KaduaraTimur, Sekarang Melanjutkan Studi di Unitri Malang. Mengabdi Pada Komunitas Teater Kopi Malang dan di PMII Komisariat Country Unitri Malang. Puisinya Pernah di Abadikan di Antologi Alif (2012), Sastra Kalimalang (2015), Lautmu Lautku (2015). Antologi Bersama Komunitas Kampoeng Jerami “AkarRumput” (2016). Antologi penyair perempuan madura (perempuan laut 2016).