Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pondokku Al Allam


Rindu yang tertatih
Perlahan mampu menestaskan air mata
Mengiringi ingatan masa lampau
Dalam pergulatan pencarian ilmu
Di pondok kebanggan tercintaku Al Allam

Ingatan itu masih jelas
Begitu terlihat pejuang-pejuang islam masa depan
Yang bertaburan di haltaran
Kaki gunung dengan sejuta pemandangan klasiknya

Al allam, itulah pondokku
Dengan sejuta keindahan, menambah panorama
Dalam menuntut ilmu
Kamar yang terbuat dari bambu-bambu itu
Mengajarkan banyak hal, tentang perjuangan
Pengharapan dan pengorbanan dalam setiap
Seruan suci yang keluar dari nafas hangat
Yang tak mampu tersukung oleh waktu.

Kala itu masih lugu, terbilang begitu semangat
Yang membara, tak mampu di kalahkan dengan apapun.
Mengeluhpun nyaris tak ada dalam benakku
Semua terbungkus dengan harapan-harapan dan tekad
Janji suci seorang santri Al allam

Belum lekas sejuta pucuk pengharapan ku
Pada pondok al allam, namun waktu dan masa
Yang tak bisa membuat ku terus mengabdi
Namun darah, raga, jiwa ku hanya ku persembahkan
Buat pondok ku tercinta al allam.

Al allam, Namamu yang terus harum
Kau pula tampak indah
Di pandang dari sudut kota ini
Dengan bukit-bukit hijau yang tertancap keras
Mengililingi kediamanmu.

Dan sinar yang terus mewarnai di setiap
Visi misi terhadap islam dan Negara
Mewujudkan islam yang rahmatal alamin
Membentengi pagar emas NKRI.

Al allam
Terus lah berjuang, kobaran itu yang terus mengalir deras
Di setiap langkah suciku
Tuk menjadi insan yang berguna bagi bangsa dan agama. (*)

Malang, 12 September 2017

*Aab Muzilla, Petarung yang tak pernah gentar.