Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Memandang


Waktu terus bergulir melaju
Sedang jejak membayangi dibelakangnya waktu
Suasana bergonta-ganti
Menembus garis-garis waktu
Tampilkan irama baru melihatnya menjadi haru.

Anak kecil menangis
Dia cukup mengerti, kata ia “tak perlu tua untuk bebas menangis memandang engkau dengan tatapan meringis, miris, dan mistis”.

Segala usaha kerap dilakukan
Semua pihak ikut andil demi perubahan
Tapi, semesta bisu tak mengungkap
Tak ada kalimat apalagi isyarat.

Semua tiba-tiba tenang-sunyi
Tak ada percakapan
Tak ada retak atau sekejapnya detik
Semua berhenti tiba-tiba.

Singa mendongak kini terkatup
Burung berkicau kini berkecamuk
Uang alasan mulut tertutup; akut, kemudian takut.

Manusia mengaku malaikat
Tapi ia tak berlagak layaknya penyelamat
Buruknya, semua tipu muslihat
Kebenaran tertindih
Kebohongan menang tanpa dalih
Anehnya mereka bisu dan bisu.

Sayang,
Sekedar mengingatkan
Engkau dibangun atas suka rela
Melewati tangis kaum tua dan muda
Ingat itu! (*)

Pamekasan, 31 Desember 2018.

*Ach Faizi, penggerak Rumah Baca ID dan Mahasiswa Aktif IAIN Madura asal Sumenep.