Memori; Bukan Kisah Temu Adam dan Hawa
Oleh: Kisanak Yockie*
Langit yang menyenja dari wuwungan dinding cakrawala selalu mengingatkanku padamu.
Entah kenapa, senja selalu mengingatkanku padamu.
Apakah senja juga selalu mengingatkanmu padaku?
Baik, aku akan melupakanmu seperti kau melupakan namaku waktu kemarin sore kita bertemu di samping surau, dengan via Whatsapp kita berjanji dan betemu.
Tapi sayang sekali waktu itu kau tak memperhatikan semut-semut hitam yang berjalan di dinding tembok tua.
Saat aku bilang “ini dik pamfletnya”
“Iya mas makasih” ucapmu sambil tersenyum.
tiba-tiba saja satu persatu semut itu gugur dari barisannya, entah apa yang terjadi dengan koloninya.
Namun yang kudengar saat itu hanya bunyi dag dig dug di hati.
Apa iya bunyi “dag dig dug” itu penyebab dari gugurnya para grombolan semut?.
Kemungkinan besar iya!, sebab gesekan lempeng hatiku saat itu sangat dahsyat nan besar.
Tak hanya semut saja yang mengisyaratkan besarnya rasa ini;
alam nampaknya juga memberikan isyaratnya, dengan udara dingin yang menggigit kulit seakan tiap semilirnya membujukku untuk memelukmu.
Dengan langit yang menyenja, dengan daun yang menari seolah pertemuan kita bagai raja dan ratu di negri dongeng, begitu mewah.
Seruan adzan mangrib pun dikumandangkan di ujung pertemuan sore itu.
Kayaknya Tuhan memang sengaja membingakai pertemuan kita seindah mungkin, Tuhan kita memang maha romantis.
Tapi sudahlah, aku akan melupakanmu seperti kau melupakanku disore itu.
Aku akan melupakanmu tapi aku akan mengingat wajahmu.
Aku akan melupakanmu tapi aku akan mengingat namamu.
Aku akan melupakanmu tapi aku akan mengingat cintamu, kecil.
Mana mungkin senja hilang sebelum petang.
Mana mungkin aku berhenti mengenangmu.
Malang, Oktober 2016
* Kisanak Yockie, Pria seniman kelahiran Tuban, Jawa Timur. Saat ini sedang menempuh studi di Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) Malang.