Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cinta Tak Sampai


Oleh:
Rofi Hatin*

“Tidak Bu, aku tidak mau menikah dengan seorang wanita yang najis seperti dia. Dia hanya berpura-pura mamakai jilbab. Karna dia ingin menopengi akhlaq buruknya agar keluarga kita bisa merima dia.”

“Azam, jaga mulut kamu. Dimana sopan santunmu sebagai putra seorang kiai?.”
 “Tapi Ummi, Azam merasa jijik melihat wanita najis ini berada di hadapanku.”

Setelah mendengar perkataan Azam, Fifin merasa di tampar oleh beribu-ribu tangan. Hatinya tak kuat lagi menahan rasa sakit atau perkataan Azam yang jelas-jelas tak pernah di lakukan oleh Fifin, begitu hinanya diri Fifin didepan Azam.

Padahal selama ini tak ada satupun orang yang menghina dan memfitnah Fifin, bahkan Fifin di segani dan di hormati oleh orang-orang yang ada di sekitarnya, termasuk laki-laki muda yang masih sebaya dengannya. Karna tak tahan menahan malu, akhirnya Fifin pergi meninggalkan rumah Azam.

“Fifin tunggu… awww” Ummi Azam pun terjatuh saat dia berusaha mengejar Fifin.
“Masya Allah Ummi…” ucap Fifin sambil berlari menghampiri Khotijah.
“Masya Allah Ummi… Ummi tidak apa-apa kan?” tanya Azam khawatir.
“Heh, wanita najis… ini semua gara-gara kamu, cobak saja tidak ada kamu, Ummi gak bakalan seperti ini”
“Berhentilah mencapku sebagai wanita najis, aku tidak pernah bersetubuh dengan seorang laki-laki”
“Alah… itu kan cuma menurut pemikiran kamu yang busuk”

“Aku tau kau tak pernah mencintaiku, tapi tak usah kau hina aku seperti itu. Aku bersumpah, aku tidak akan pernah mau menikah dengan seorang laki-laki seperti dirimu” ucap Fifin langsung pergi meninggalkan Azam dan Umminya. Fifin merasa tak punya muka berada di hadapan Azam.

Satu bulan kemudian, kini Fifin telah menjadi seorang wanita yang sukses. Dia begitu di hormati oleh kalangan remaja yang ada di sekitarnya. Benih-benih cinta mulai tumbuh di dalam hati Azam, saat dia tau bahwa Fifin adalah seorang wanita yang baik dan solehah. Hari demi hari Azam semakin merasa tersiksa dengan perasaannya.

Pada akhirnya, Azam memutuskan untuk pergi menemui Fifin dan menyatakan perasaannya. Pada saat itu, Fifin sedang berada di depan rumahnya sambil melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan tartil.

“Assalamualaikum wr.wb”
“Waalaikumussalam wr.wb. Ngapain kamu kesini…? mau menghina ku lagi? Silahkan saja”
“Tidak fifin, justru kedatangan ku kesini tak lain hanya untuk meminta maaf “
“Laki-laki yang sudah menghinaku habis-habisan, kini datang  dan meminta maaf  pas di depan mata ku, sungguh lucu”

“Aku memang laki-laki  yang bodoh, aku telah menghina seorang wanita yang solehah seperti dirimu, bahkan aku telah memfitnahmu. Aku benar-benar minta maaf sama kamu, dan sekarang aku mulai sadar akan tumbuhnya benih-benih cinta ini. Fifin, jujur aku mulai mencintaimu, Maukah engkau menjadi istriku???”

“Hah… wanita yang kau anggap najis kini mulai dicintai oleh laki-laki yang memang mengatakan hal itu. Hahaha, kau benar-benar lucu Azam”
“Fifin, aku serius”
“Aku sudah memaafkan kamu, tapi aku tidak bisa menerima cintamu. Karna aku sudah bersumpah tidak akan menikah denganmu. Carilah wanita yang baik, jangan mencari wanita yang najis sepertiku”

“Tidak Fifin, kamu bukanlah wanita yang najis. Kamu adalah wanita yang baik dan solehah, wanita najis biarlah berlalu.”

“Meskipun itu semua kau anggap sebagai masa lalu. Tapi itu semua tetap saja, perkataan yang pertama tak bisa di lupakan, dan perkataan yang pertamalah yang paling tepat. Mohon maaf, sembuhkan dulu penyakit amnisiamu itu” 

“Iya, aku memang amnisia. Tapi aku benar-benar mencintaimu.”

Azam merasa tak berdaya mendengar perkataan Fifin, dia benar-benar menyesal karna sudah memfitnahnya. Mungkin dengan peristiwa ini, Azam bisa berubah dan tidak semerta-merta menilai seorang wanita yang dulunya tidak dia cintai.

Namun, kini cintai itu mulai tumbuh dan menghiasi hati Azam. Langit berubah menjadi mendung, sepertinya ikut bersimpati atas penyesalan yang Azam alami saat ini.

*Kini sedang menempuh pendidikan di Madrasah Zainussalim dan juga menjadi pengurus IPPNU Kecamatan Ganding. E-mail: rofihatin@gmail.com