Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Surat Terbuka Untuk Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, M.Ag


TOKOH
besar dan terpandang yang mengatakan kalau madrasah diniyah itu semacam kursus; mungkin panjenengan belum mengenal madrasah diniyah;

Kami belajar huruf hijaiyah, kemudian belajar menulisnya, mengucapkannya dengan benar, dan akhirnya bisa membaca al-Qur’an itu di madrasah, dengan dibimbing guru yang sabar, tekun, dan ikhlas.

Kami mengenal ilmu tauhid, menghafalkan nadzam tentang sifat wajib Alloh, nama-nama Nabi dan Rosul, sifat wajib Nabi dan Rosul, dan hal-hal lain itu di madrasah.

Kami mengenal ilmu fiqh, tentang bagaimana bersuci, air yang bisa dipakai untuk bersuci, syarat rukun wudlu, syarat rukun sholat, yang membatalkan puasa, perhitungan zakat, dan syarat rukun haji, itu dari madrasah.

Kami bisa belajar ilmu nahwu, tentang kalam, i’rob, idlofah, ma’rifat nakiroh, dan lain-lain itu di Madrasah.

Kami belajar ilmu shorof, yaitu tentang pembentukan kata serta aturan perubahannya menjadi kata-kata baru yang merupakan turunan dari sebuah kata berbahasa Arab, itu di madrasah.

Kami belajar tentang bagaimana bersikap dan berperilaku yang baik, belajar bekerjasama, belajar tentang saling menghargai, belajar tentang Akhlaq, itu dari madrasah.

Kami mengenal, menghayati, dan meyakini doktrin

حب الوطن من الايمان

Itu di madrasah.

Mungkin panjenengan, sebagai tokoh besar, Wakil Ketua Umum MUI, jabatan yang membuat siapapun yang mendengar akan langsung menundukkan kepala karena rasa hormat, harus lebih arif dan bijak dalam berstatemen, tidak srampangan kayak orang yang tidak berpendidikan.

Terima kasih dan salam hormat saya.(*)

*Ishfah Abidal Aziz, Wakil Sekretaris Jenderal Tanfidziyah PBNU.

Surat Terbuka Untuk Prof. Dr. Yunahar Ilyas, Lc, M.Ag
Ishfah Abidal Aziz, Wakil Sekretaris Jenderal Tanfidziyah PBNU/google.com