Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Dua Tahun Rumah Baca Indonesia


“Saya mau mendirikan rumah baca pak haji. Apakah pak haji sepakat dengan ide saya?,” tanya saya kepada salah seorang tokoh masyarakat di sekitar rumah saya berada beberapa bulan sebelum akhirnya Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID) dideklarasikan pada 12 Agustus 2016 silam.

BEGITULAH waktu pertama kali saya melakukan koonsolidasi untuk menuangkan ide saya dalam sebuah kenyataan yang mengimpikan adanya fasilitas taman atau rumah baca masyarakat di desa saya tinggal.

Saya menyadari, ide hanyalah ide. Apabila ide tidak dikonsultasikan kepada orang lain, mungkin hanya menjadi angan-angan tanpa arti. Terlebih, ide itu dapat diterima dan didukung untuk direalisasikan menjadi sebuah kenyataan, betapa bahagianya hati ini.

Kini dua tahun telah terlewati. Sejak dideklarasikan pada hari Jumat, 12 Agustus 2016 atau 9 Dzulqa’dah 1437 Hijriyah, selama itu pula Rumah Baca ID mengabdi untuk memajukan peradaban kampung, desa dan bahkan lebih luas lagi, yakni kota.

Sudah berbagai acara yang telah dilakukan pengurus dalam menjalankan berbagai program yang ada. Mulai dari upaya membudayakan diri dengan membaca dan belajar serta memajukan peradaban bangsa mulai dari tataran paling bawah.

Diakui, untuk mengajak masyarakat cinta membaca memang sulit. Apalagi, rasa pesimisme remaja di sekitar Rumah Baca ID berada masih sangat tinggi. Sehingga hal itu menjadi tantangan tersendiri bagi upaya membudayakan minat baca pada masyarakat.

Selain itu, kurangnya dukungan yang diberikan oleh masyarakat terhadap aktivisat Rumah Baca ID juga menjadi masalah tersendiri. Sebab, bagaimanapun yang akan dilalukan jika tidak mendapat tanggapan positif masyarakat, terutama tokoh-tokoh masyarakat sekitar lingkungan akan terasa sulit untuk bergerak.

Sesungguhnya bukan masalah optimistis maupun tidak, tapi dukungan itu sangat penting untuk kelancaran dan kesinambungan gerak Rumah Baca ID dalam mengedukasi masyarakat untuk melakukan gerakan sadar membaca.

Tapi hal itupun menjadi motivasi tersendiri. Sebab, semakin kompleks tantangan yang dihadapi, maka semakin dekat pula dengan keberhasilan yang hendak dicapai. Hal itu telah kami sadari sedari awal sejak Rumah Baca ID masih menjadi wacana 2 tahun lalu.

Kini, 2 tahun telah terlewati dengan penuh lika-liku yang terjadi. Saatnya menatap masa depan yang lebih baik untuk terus berjuang membebaskan manusia dari kebodohan dan kegelapan teknologi untuk terciptanya peradaban madani. (*)

*Ahmad Fairozi, Ketua Pengurus Harian Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).