Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bait-bait Puisi Wail Ar


Angkringan untuk ibu

Pada ruas-ruas jalan yang semakin sempit
Aku lagi-lagi gagal menjadi pahlawan bagi ibu
Yang setiap senyumnya adalah rindu tanpa sedikit ragu
Bahkan belai kasihnya masih saja membayang di kepalaku

Ibu,
Agustus telah menggenapkan usia tidurmu
Tak ada lagi wajah yang mesti kucium saban waktu
Ketika baru pulang untuk menjamu rindu
Segala sumber kasih yang telah kujamah dengan kata
Kini sudah musnah menyatu menjadi darah dan melekat pada tanah.

Angkringan, 2022

Di jendela kamar

Aku menemukan ibu sedang menunggu dibukakan pintu
Mengetuk-ngetuk tanpa ragu dan yakin akan segera masuk membawa sakantung rindu

Ibu jongkok, jalan ke sana ke mari
Namun pintu masih belum terbuka
Hingga tertidur dan lenyap ditelan usianya
Wajah keriput yang dikelilingi kangen
Masih terlalu dini untuk meninggalkan kenangan.

Lalu keluarlah seorang anak muda
“Ibu engkau kenapa? Bangunlah, aku sudah membukakan pintunya”
Tak terasa setelah sekian lamanya tidak mengedipkan mata
Ladang pipi anak itu basah dengan air mata
Dengan rasa tidak percaya bahwa ibunya telah tiada.

Sungguh engkau baru kemarin menjengukku
Belum juga sampai satu minggu
Lalu, kenapa engkau pergi berlalu?
Entah peluk erat hangat siapalagi yang akan aku dekap
Bila kasihmu telah berakhir, kisah yang begitu menganiaya.

Kotagede, 22 September 2022

Sowan
;bapak Edi Ah IYUBENU

Tanganmu yang harum mawar terus kuciumi tanpa lepas
Memberikanku berkah yang tiada tara
Hingga lahirlah kata-kata hasil dari doa.

Teduh wajahmu kerap menanam rindu di uluh hati
Semua ajaranmu selalu ku ikuti tanpa henti
Agar setiap langkahku tak dipenuhi duri.

Sungguh tak ada kepulangan bagi perih selain padamu pak yai
Tutur sapamu sering membuatku sadar diri

Bahwa kekayaan yang paling lekat adalah akhlak
Dan rasa paling indah adalah ikhlas
Serta tabah paling subur adalah sabar tanpa akar.

Kafe Main-main, 2022

Jogja aku temukan puisiku

Di jogja, aku menemukan puisiku sedang menunggu
Serupa bapak yang rindu pada anak-anaknya
Juga ibu yang ingin memeluk tubuh setelah sekian lama berpisah.

Kotagede, 22 September 2022

Kampung halaman

Pada setiap jalan yang suram
Aku berangkat meninggalkan kenang
Menggendong harap yang ku dekap erat
Agar segala kekecewaan tumbuh memanen kebahagiaan

Lapar, kantuk, serta capek semua kusimpan dalam-dalam
Ingin yang terus memanjang sepanjang ingatan
Aku berangkat dari langkah membawa doa dan melupakan arah pulang
Meski pertemuan terus aku inginkan
Agar segala kerinduan tertuntaskan dengan tenang.

Main-main, 2022


*Wail Ar, nama pena dari Wail Ar-Rifqi, aktif di Komunitas Penyisir Sastra Iksabad (PERSI) dan Majelis Sastra Mata Pena (MSMP) serta Lesehan Sastra Annuqayah (LSA) juga The People Of Art (Teater Poar), pernah menjabat sebagai ketua Komunitas Penyisir Sastra Iksabad (PERSI) periode 2021-2022. Sejumlah puisi dan esai juga pernah dimuat di koran pendidikan Jawapos Radar Madura. Saat ini penulis berada di Yogjakarta.