Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Krisis Persatuan di Kalangan Pemuda


TIDAK
 asing bagi kita mendengar tawuran antar Mahasiswa atau pemuda di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini. Hal seperti demikian sering terjadi, entah karena alasan apa yang melatar belakanginya. Mengantarkan pada krisis persatuan di kalangan pemuda, yang tentunya akan mengancam terhadap keutuhan NKRI masa depan.

Kejadian seperti itu, sebenarnya harus mendapatkan perhatian serius oleh semua pihak, termasuk pemerintah dan masyarakat sebagai elemen paling bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa ini. Tidak elok kemudian kejadian seperti demikian berulang kali terjadi, ironisnya, pemuda seakan sudah tidak berpikir ulang dan mengingat ikrar pemuda pada masa pra-kemerdekaan dahulu, disaat pemuda bersatu untuk mencapai sebuah tujuan bersama, yakni persatuan.

Terjadinya tawuran jika kita coba tarik lebih jauh, sangat banyak dimotori oleh kaum intelektual muda, yang domainnya adalah kaum terdidik. Coba kita lihat beberapa kejadian tawuran yang melibatkan siswa maupun mahasiswa, sangat sering kita jumpai di sekitar kita atau pun mengetahui kejadian tersebut melalui media televisi dan sosial.

Kondisi demikian tentunya mendapatkan sorotan berbagai kalangan, terutama institusi pendidikan, mengingat, terjadinya tawuran erat kaitannya dengan melibatkan siswa dan mahasiswa yang konotasinya merupakan kaum terdidik. Adakah yang salah dengan institusi pendidikan kita saat ini, sehingga hal-hal tersebut lumrah terjadi? Pertanyaan sederhana, yang menurut penulis perlu kita jawab secara bersama.

Penghianatan Terhadap Sumpah Pemuda

Sebelum Indonesia merdeka, para pemuda yang terdiri dari berbagai komponen yang tergabung dalam beberapa komunitas, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Madura dan lain sebagainya, mencoba untuk menyatukan tekadnya dengan membuang keegoisan komunitasnya untuk berjuang bersama demi meraih kemerdekaan Indonesia.

Sebagai hasil, sumpah pemuda mampu menghimpun dan menangkal keegoisan komunitas pemuda kala itu, menjadi satu kesatuan dalam bergerak bersama melawan ketidak adilan yang sedang terjadi. Dengan terbuktinya sumpah pemuda untuk menjungjung tinggi persatuan di kalangan komunitas pemuda tersebut, membuat spirit pemuda bersatu melawan penindasan yang sedang terjadi.

Dengan persatuan, pemuda menjadi inisiator dalam perjuangan pra-kemerdekaan Indonesia. Karena, dengan alasan bahwa persatuan lah yang membangkitkan semangat juang para pemuda melawan ketidak adilan dikala itu.

Namun, dewasa ini, sumpah pemuda sudah mulai dilupakan oleh sebagian besar pemuda Indonesia, pernyataan ini bukan semena-mena penulis lontarkan dan tidak mempunyai argumen, penulis dapat membuktikan, dengan semakin banyaknya tawuran antar pemuda yang terjadi, tidak hanya di kampung-kampung, namun sudah meracuni kalangan pemuda intelektual yang berada di institusi-institusi pendidikan, seperti di Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi, itu menandakan bahwa semangat sumpah pemuda sudah perlahan-lahan mulai luntur terkikis zaman.

Sudah seharusnya, pemuda membuka kembali lembaran-lembaran yang mungkin sudah tersimpan rapi di rak-rak buku, bahwa pemuda sebelum kemerdekaan, telah menyatukan ikrar dengan membuang rasis yang pernah terjadi pada masa jauh sebelum kemerdekaan Indonesia terjadi. Mereka berikrar untuk menjungjung persatuan demi bangkitnya semangat juang dalam mendapatkan keadilan dari ketertindasan para penjajah.

Hanya dengan persatuan lah bangsa ini menjadi kuat, negara ini menjadi damai. Jika para pemuda hari ini sudah melupakan sumpah pemuda, maka kemungkinan terbesarnya adalah, rasisme kelompok pemuda tertentu akan mudah terprovokasi, sehingga menimbulkan kekacauan dan kerusuhan antar sesama pemuda yang akan berakibat pada perpecahan dan kehancuran bangsa ini.

Kita hidup di Indonesia harus sadar, bahwa keberagaman suku, budaya, dan agama telah membawa Indonesia pada kemerdekaan melawan ketidak adilan oleh penjajah. Dengan itu pula Indonesia mampu terbentuk menjadi sebuah negara berdaulat yang terdiri dari banyak suku, budaya dan berbagai agama. Karena kita menghargai setiap perbedaan dan membuang rasis serta egoisme kelompok demi yang namanya persatuan.

Maka, sebaiknya teman-teman pemuda kembali merefleksikan arti dan tujuan sumpah pemuda di ikrarkan, agar, yang mungkin lupa bisa mengingat kembali, dan yang tidak tahu, mampu membaca ulang, betapa pentingnya persatuan, untuk menjadikan NKRI tetap utuh pada masa mendatang. Semoga! (*)

*Ahmad Fairozi, Pendiri Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).


Note: Artikel ini pernah dimuat di Kompasiana.com oleh penulis pada 28 Maret 2016, dimuat ulang untuk tujuan pendidikan.