Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Perkenankan Aku MengingatMu


Oleh: Afandi*

Ya Rabbi
Aku masih ingat, ketika dulu aku mengingat-Mu
Coretan demi coretan kitab suci ku pelajari
Kata demi kata para kyai kusimpan dalam hati
Tentang mahabbah para Rasul
Dan para sahabat yang pantas menjadi kekasih
Lalu kuletakkan di hati, seperti tanah dalam lautan

“Kubangun kata para kyai untuk mencapai mahabbah para rasul”

Hari bulan dan tahun berlalu
Aku berusaha mengingat-Mu dengan mahabbahku ini
Tapi aku masih belum menemukan cinta untuk-Mu
Gelisahpun makin terasa di hatiku

Mahabbah yang hilang
Yang terlepas dari jiwa dan raga
Hingga aku sulit menggapainya

Ya Rabbi
Hari bulan dan tahun berlalu kesekian waktu
Aku terus mencoba menelusuri bumi
Dan aku ingin menegakkan hatiku kembali
Untuk bisa menatap-Mu dari keguguranku ini

Ya Rabbi
Izinkan hatiku ini kembali mengingat-Mu
Meski ingatan kadang melayang ke berbagai permasalahan dunia

Aku ingin bangkit kembali dari jasadku
Yang telah hancur dari sekian waktu
Aku akan sanggup menanggung derita
Bila jiwaku ini jauh dari ajaran-Mu

Ya Rabbi
Perkenankan aku mengingat-Mu.

Bingkisan Kata Menari Di Ujung Jemari
:buat adikku; warda

adik,
kala diriku terjerat di penjara cinta
kala hatiku  dibaluti rindu
kala sepi menghiasi diriku
kala irama syahdu menemani diri mengisi waktu
kala menanti kepastian seratus persoalan
kau hadir menyembuhkan luka
bingkisan kata menari dihujung jemari
seakan mengerti bisikan hati

adik,
hari berganti hari
kemesraan tetap rapi dilayari rindu
mananti siang menjemput malam
agar ikatan keikhlasan mengupas kerinduan

adik,
bunga yang dimiliki orang
ditaburi warna percintaan
begitulah warna percintaan
begitulah engkau…
suramnya wajah keperempuanmu
walau berseri dibalik topeng-topeng kemaksiatan
jiwa merayu ketenangan
bertamu disudut kehidupan
lipatan rahasia kau berikan
lalu aku menjawab, tanpa atasan
suci jiwamu yang menyentuh perasaan
keikhlasanmu yang merawat kesakitan, kesedihan
agar ikatan menjadi kemesraan

adik,
tanpa ku duga
dirimu menanam seribu cinta
sedang diriku sudah tidak punya
walau aku diselimuti sengsara
kini…
susulan bicara berbaur cinta
mengungkap istilah, antara setia dan air mata

adik,
sepi, gelisah, itulah kekosongan hidupku
tatkala bicaramu sirna di mataku
senyum dan tawa
adalah tanda bagiku

adik,
adanya puisi ini kau pahami
adanya jeritan hatiku kau selami
maka, kau tidak akan berlari mengejar mimpi
hanya menghitung hari dengan puisi.

*Puisinya terkumpul dalam antologi bersama Solitude (2012), Nostalgia(2013), Dialog Taneyan Lanjang (Bunga Rampai Majlis Sastra Madura), Dinamika Cinta Empat Saudara (2013), Jeritan Ruh Sabda (2013), Lautku Lautmu (74 Penyair Nusantara). Dan sekarang tinggal di PP. Ashabul Kahfi Jl. Semanggi Barat 1A Jati Mulyo Lowok Waru Malang. Email: fanpuisifan@yahoo.co.id