Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terimakasih Bu, "Sumyati"


Oleh: Nay Juireng Dyah Jatiningrat*

Ibu, maaf, kali ini aku terlambat pulang
Sebenarnya, banyak hal yang ingin aku sampaikan
Namun ini kali aku menyampaikannya lewat surat yang entah kapan sampainya pada mu
Bukan tak bisa aku sampaikan lewat telfon atau menunggu kepulanganku,
Hanya saja tulisan ini, ingin aku buat dan kali mengkalikan ulangan dalam membacanya.

Mungkin ibu tidak akan pernah peduli dengan adanya moment “hari ibu”
Atau bisa jadi, ibu tidak tahu adanya hal ini, bukan?
Hingga ibu tak punya waktu istirahat ataupun wekeend seperti para ibu-ibu yang berpengalaman lainnya.
Ibu pasti memilih kesawah dan mengambil pakan sapi, kan?
Atau bahkan ibu memilih menjadi tenaga kerja sebagai pembersih ladang tetangga?
Atau ibu memilih bekerja merantau kedaerah tetangga?
Atau bahkan hal-hal yang tak sempat aku sebutkan, juga ibu lakukan.
Karena pengorbanan ibu yang sungguh asik
Membuatku jatuh cinta padamu bu
Merindukanmu membuatku tak lepas bernyanyi

Satu-satu aku sayang ibu,
Atau
Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa, hanya memberi tak harap kembali bagai sang surya menyinari dunia.

Lagu itu, lagu kita bu, lagu yang menemaniku sambil main boneka atau main jual-jualan.
Aku sayang ibu,
Maafkan aku tak punya hal yang menarik untuk dipersembahkan padamu
Aku terlalu bodoh, selalu gagal menciptakan puisi indah tentangmu
Dengan menuliskan kata ibu saja dikertas, bendungan air mataku roboh sehingga meluap deras
Menjadikanmu puisi tak semudah saat kita bernyanyi bersama sembari tepuk tangan, Dimasa kanakku dulu
Ibu tetaplah hal yang menarik dalam hidupku.

Ibu, terimakasih. Sebab ibu mau menerima dan membaca surat dariku.
Ibu masih nampak sangat cantik
Meski tak seranum dahulu.
Ibu masih sangat wangi, meski saat ini ibu sudah jarang mandi tanpa sabun
Semuanya terasa senja ya bu,
Tapi aku masih selalu kurang mencium ibu

Ibu… Dengarlah aku dan rasaku
Aku sanyang ibu
Terimakasih sudah mau menyayangiku
Aku cinta ibu
Terimakasih sudah mau mencintaiku
Aku rindu ibu
Terimakasih mengajariku ruas rindu yang berkepanjangan
Ibu, aku kaku
Terimakasih mengajariku berani dan percaya diri
Ibu, aku bodoh
Terimakasih sudah mengajariku banyak hal
Ibu, aku pelupa
Terimakasih sudah selalu mengingatkanku
Ibu aku tak mengerti
Terimakasih sudah mau menjelaskan padaku

Ibu maafkan aku, sebab aku tak bisa berpuisi indah seperti para penyair lainnya
Maafkan aku tak mampu melanjutkan puisi ini,
Perasaanku melarangku dan katanya akan menghukumku
Sebab sampai kapanpun, ibu tak bisa dijadikan perumpamaan dalam puisi
Aku gagal mencari kata yang menarik
Sebab, ibu terlalu menarik dari segalanya.

Malang, Desember 2016

*Mahasiswi Unitri Malang, Pegiat Teater KOPI Malang dan Rumah Bakat AFA Production, puisinya berjudul “Suamiku Aku Hanya Sebatas Sarjana Pertanian”, pernah mendapat penghargaan.