Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Penjelasan Agus Sunyoto tentang Hubungan Pesantren dan Keraton


Jakarta, Rumah Baca Orid

Sejarawan Nahdlatul Ulama KH Ng Agus Sunyoto menyebut bahwa Islam di Indonesia pertama-tama diperkuat oleh pesantren. Dulu, kata Agus, ada lima jenis pendidikan, yaitu padepokan, asrama, dukuh, paguron, dan terakhir pesantren.

Menurutnya, para sarjana Belanda banyak yang keliru dalam menafsirkan kiai dan pesantren. Belanda menganggap bahwa kiai itu golongan agamawan seperti cara berpikir orang Eropa yang menganggap bahwa pastur atau pendeta itu pasti agamawan.

“Di sini bukan, kiai (itu) keluarga keraton, keluarga raja, sejak awal itu, bukan golongan agamawan,” kata Kiai Agus saat menjadi pembicara pada acara silaturahmi kebudayaan yang diselenggarakan Lesbumi di Lantai 8, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, seperti diwartakan NU Online, Jumat 28 Juli 2017.

Merenungkan Kembali Substansi Makna Agama

Ia mencontohkan, Sunan Ampel dan Sunan Giri merupakan keturunan raja. Bahkan, katanya, Pesantren Mlangi Yogyakarta didirikan oleh Kiai Nur Iman yang merupakan kakak tertua dari Sultan Hamengkubuwono 1.

“Beliau (Kiai Nur Iman) mendirikan pesantren di situ. Jadi memang silsilahnya keraton,” katanya.

Pada acara yang bertema “Meneguhkan Kebudayaan Bangsa, Memperkuat Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia” ini, ia menuturkan bahwa keraton tidak pernah meninggalkan pesantren, bahkan ketika keraton tidak mampu melawan, dan saat keraton tidak mampu mengangkat senjata, pesantren mengambil alih peran.

Lebih lanjut, ia menyebut pemberontakan yang dilakukan pesantren terjadi 112 kali yang dipimpin guru tarekat dan kiai haji dari pesantren.

Cikal-bakal Lahirnya NU Berawal dari Langgar Ini

Menurutnya, karena pesantren yang merupakan keluarga keraton dan sebagai pribumi direndahkan oleh Belanda. Waktu itu, sambungnya, Belanda membuat aturan di mana warga negara kelas 1 adalah orang Belanda kulit putih, warga negara kelas 2 itu orang timur asing; Arab, Cina, maupun orang India. Sementara inlander pribumi paling rendah. (Va)