Sajak M Hidayat: dari Si Buruk Rupa, Doa-doa Hujan hingga Belajar Berpuisi
Si Buruk Rupa
Orang berkata ia “berwajah buruk”
Bertopeng simulakra
Ia dihujat, dihunjam kata-kata kotor
Yang keluar dari mulut-mulut pembual
Sungguh kasihan kau sayang
Harus meneguk pahitnya kehidupan
Tenggelam dalam penistaan
Menikam lara
Tergores duka
Jangan bersedih
Bangkitlah
Bahwa hatimu kuat
Selaksa baja yang tak mudah dibengkokkan
Annuqayah, 02 Maret 2020
Kekasih Malam
Bagaimana aku menikmati malam
Sementara kau terlelap dalam indahnya khayalan
Bagaimana aku mengobati kerinduan
Sementara kita terpaut jarak jauh antar keluarga
Dan dikau pendusta akan apa yang dijanjikan oleh kita
Kau durjana
Kau telah menancapkan duri-duri kerinduan
Yang membekas luka mendalam
Tak seorangpun dapat menyembuhkan
Akan penyakit hati yang bertajub kerinduan
0h… kekasih malam
Malam-malammu terasa buta
Terasa pahit ‘tuk dirasa
Sembari kau berkata
Aku hanyalah boneka
Yang kau mainkan semata
Namun aku sabar dan bahagia
Akan perasaan ini padanya
Annuqayah, 03 Maret 2020
Bermalam di Desaku
Sayup-sayup malam bersuara dzikir
Katak menggerutu meminta air
Jangkrik asyik bermain di tanah anyir
Sedangkan raga bermanja dengan tembakau berselimut pavir
Di bawah rindang bintang malam
Aku menyeruput kopi capucino
Yang hangat nan adem
Ditemani cahaya yang ku genggam
Selaksa diri di alam berantem
Dasuk, 04 Maret 2020
Resonansi Bumi
Gelombang elektromagnetik bumi
Mengguncang tanah pertiwi
Meretak tanah kerontang
Melebur semesta lapang
Angin topan menderu keganasan
Menampakkan geram berkepanjangan
Bahtera menghempaskan airnya
Menenggelamkan tanah kelahiran kita
Gunung memuntahkan lava
Mengalirkan api yang membara
Tanah menggoncang raga
Menguburkan makhluk diatasnya
Adakah sisa dari bencana
Annuqayah, 05 Maret 2020
Selamat Tinggal Raga; jiwa yang malang
Aku sudahi kehidupan ini
Dengan tekat yang tak ‘kan goyah
Bagai batu karang
Yang tak mungkin bongkah
Aku ingin kehidupan baru
Mengharap ia baik dari sebelumnya
Mencipta angan yang aku suka
Menggaik bintang yang aku damba
Berbekal “bismillah”
Aku lajuhi jalur itu
Annuqayah, 06 Maret 2020
Sebatas Dua Bola Mata; wanita misteri
Bilamana mata jauh memandang
Tabir-tabir bergelantung menjadi penghalang
Menghadang rona wajah yang memancar
Akan sinar yang tak mungkin pernah pudar
Pada sebuah dinding ia bersandar
Sakan-akan bidadari yang jatuh terkapar
Mengundang lapar
Pada binatang buas yang mencakar-cakar
Kutunggu ia keluar dari persemayaman
‘tuk menggodaku akan kehangatan pelukan
Dari sebuah tangan aku menemukan api
Yang menjalar ke ulu hati
Kini, bibit asmara mulai tumbuh di dalam dada
Annuqayah, 07 Maret 2020
Doa-doa Hujan
Rintik
Gemerincik
Memercik
Titik
Sebuah hikayat hujan
Pada doa-doa orang pedesaan
Annuqayah, 01 Maret 2020
Belajar Berpuisi
Pada puisi
Aku belajar membaca kehidupan
Merangkai bait harapan
Bersemayam dalam keindahan
Pada puisi
Aku belajar tabah
Memaksa otak bekerja
Mencari kata yang sulit dicerna
Pada puisi
Kuluapkan hasrat ini
Annuqayah, 08 Maret 2020
“penyair sejati adalah penyair yang tak menampakkan congkak ketika pena mulai menorehkan tinta”
Sepatah Kata; teman seperjuangan
Aku mencoba keluar dari sarang lebah
Yang mereka menyengat pada ragaku
Walau diri mendamba madu
Annuqayah, 09 Maret 2020
“terima kasih buat guru: Ust. Aldi, An-Naufil. Dan teman seperjuangan: Syarif, Ferry, Cak Iil, Hamdi, Tahol, Faiq, Dadang, Iwan”
*M. Hidayat, santri Annuqayah Lubangsa. Mahasiswa INSTIKA Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Prodi ES, tempat kelahiran Jelbudan, Dasuk, Sumenep. Sekarang sedang berteduh di Gubuk Sastra Annuqayah (GSA). Ia aktif di Sanggar Kopi, Iksaputra. Bisa kunjungi penulis di Fb: hidayat ad-dasuki Email: hidayataddasuki@gmail.com.