Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membaca Pemikiran Dakwah Prof Abdul Basit


Prof. Abdul Basit
memang sudah lama melakoni dakwah sedari muda, bahkan ketika ia menjadi pelajar hingga dirinya menjadi mahasiswa. Kewajiban berdakwah tak terbatas pada orang tertentu, tetapi dapat dilakukan oleh siapapun baik itu ;tua maupun muda, kalangan ulama, maupun kalangan mahasiswa. Sisi religiusitas membuat ia bertekun dakwah, hingga berbuah menjadi Guru Besar Dakwah di UIN Prof. KH. Saifuddin Zuhri. Prof. Abdul Basit, dalam buku “Dakwah Milenial” mencoba menampilkan wajah generasi milenial yang menjadi harapan bangsa di tengah arus globalisasi. Dalam arus globalisasi, generasi milenial tumbuh pada era teknologi dan informasi yang begitu liat. Sebagaimana yang dinarasikan dalam buku ini, generasi milenial harus mempunyai ilmu dan ketakwaan.

Era milenial dapat dikatakan periode keemasan generasi milenial. Milenial dalam KBBI yakni milenium atau generasi yang lahir pada tahun 1980-an sampai tahun 1990-an. Menurut Howe dan Strauss, generasi milenial memiliki karakter yakni: ketergantungan teknologi, terlindungi, keterbukaan terhadap perubahan, percaya diri, berorientasi kelompok, memiliki banyak informasi, dan mudah beradaptasi. Selain keunggulan tersebut, ada pula kelemahan era milenial ini. Di era milenial ini munculah perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama seperti konsumtif, timbulnya perilaku bebas, korupsi, gaya hidup kebaratan, dan perilaku tidak sesuai lainnya. Oleh sebab itu, generasi milenial harus memiliki pondasi iman, dan nilai-nilai agama yang kuat agar tidak terbawa dengan arus negatif.

Kehadiran buku “Dakwah Milenial” menjadi solusi atas keruwetan masalah yang merundung generasi milenial. Buku ini menghimpun empat bab, yakni; Pertama, Membangun Karakter Generasi Milenial; Kedua, Sukses Kuliah; Ketiga, Arus Gerakan Dakwah Milenial; Keempat, Dinamika Dakwah Generasi Milenial. Buku ini merupakan hasil refleksi pengalaman penulis lakukan selama menjadi mahasiswa, tenaga pengajar, dan sekaligus pernah diamanahi sebagai Wakil Pimpinan Perguruan Tinggi bidang kemahasiswaan (hal.v). Buku yang terbit pada 2021 ini menjadi semacam pedoman bagi generasi milenial untuk menjadi pribadi yang religius dan akademis. Dalam buku ini, Prof Abdul Basit menarasikan generasi milenial melalui sosok mahasiswa.

Mahasiswa sebagai generasi muda berintelektual perlu untuk peduli dan mengaplikasikan kemampuan serta pengetahuannya terutama dalam bidang agama Islam. Oleh sebab itu, menurut Prof. Abdul Basit, mahasiswa sebagai tonggak penggerak yang dinamis perlu berdakwah dalam berbagai kesempatan guna menyiarkan Islam. Terlebih, mahasiswa mendapat sematan sebagai agent of change (agen perubahan). Ekspektasi masyarakat terhadap mahasiswa begitu tinggi (hal.100). Kegiatan dakwah yang dilakukan mahasiswa memilik manfaat yang banyak. Pengakuan Prof Abdul Basit: “Faktor terpenting yakni belajar berani menyampaikan gagasan di depan forum” (hal. 103).

Dakwah secara etimologis berasal dari Bahasa Arab, yakni da’a, yad’u, da’watan. Dalam pemikiran Wahbah Al-Zuhaili, dakwah mengandung dua makna, yakni: pertama, I’mar al-Kaum (memakmurkan dunia) atau taqaddum al-hadharat (memajukan peradaban) dan kedua, Al-Inayah bi al-insan (memberi perhatian dan nilai yang tinggi pada manusia dan kemanusiaan atau sivilisasi), hal ini bermakna membangun kemanusiaan bukan hanya terhadap Islam tetapi seluruh umat manusia dan kemanusiaan. Dalam konteks dakwah, problemnya tidak hanya pada kesenjangan antara teori dan implementasi, melainkan pembaharuan pemikiran dakwah agar sesuai dengan budaya, sosial, maupun politik di masyarakat.

Dalam buku “Wacana Dakwah Kontemporer” (2006), Prof. Abdul Basit berpendapat bahwa, dakwah Islam harus berkembang sesuai kebutuhan masyarakat. Jika kegiatan dakwah tidak mengikuti perkembangan zaman maka dakwah akan tertinggal. Meskipun Prof. Abdul Basit bukan “anak milenial”, namun ia mampu memahami, meresapi, dan mengerti ihwal tantangan yang menghadang generasi milenial. Tepatnya di Bagian ketiga dan keempat, pembaca akan disuguhkan mengenai ihwal arus gerakan dakwah milenial serta dinamika dakwah generasi milenial.

Dalam buku ini pula, Prof abdul Basit memberikan “bocoran” bagaimana menjadi mahasiswa yang sukses. Menurutnya, Mahasiswa yang sukses adalah mahasiswa yang bisa membagi waktu dengan baik antara kegiatan akademik (perkuliahan) dengan kegiatan kemahasiswaan. Kunci sukses dalam hal ini berkaitan dengan mentalitas seseorang. Mentalitas yang mau berubah dinamis, progresif, dan konsisten pada hal-hal yang positif (hal.129). Dalam buku “ To Have or To Be” (1976) karya Eric Fromm, ia membagi mentalitas menjadi dua, yakni mentalitas “to have” (memiliki) dan mentalitas “to be” (menjadi).

Prof Abdul Basit kemudian menkontekstulisasikan gagasan Eric Fromm terhadap mentalitas mahasisiswa. Menurutnya, mahasiswa yang bermental “to have” (memiliki), selama perkuliahan hanya belajar kepada dosen dan tidak memiliki karakter yang aktif. Sedangkan, mahasiswa yang bermental “to be” (menjadi), adalah mahasiswa yang aktif, berpikir kritis dan produktif. Mentalitas ini, menuntut mahasiswa untuk terus-menerus belajar dengan cara memanfaatkan seluruh potensi yang diberikan oleh Allah SWT (hal.130).

Pada sejatinya, mentalitas “to be” (menjadi), berimplikasi terhadap pencarian potensi (fadilah) ihwal kediriaan sebagaimana (baca: man arofa nafsahu faqod rabbahu). Dari situlah, mahasiswa akan menemukan bakat, minat, karakter dan potensi untuk menyongsong masa depan. Meskipun buku ini mulanya dari kumpulan-kumpulan tulisan refleksi, sebagaimana diterangkan dalam kata pengantar. Tetap saja, tulisan dalam buku ini bernas dan suluh (penerang). Tulisan-tulisan itu suluh, ia mampu menjadi penerang bagi pembaca, terkhusus generasi milenial. (*)

*Chubbi Syauqi, lahir di Banyumas, 1 Maret 2000. Dia tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan Tarbiyah, Prodi Manajemen Pendidikan Islam UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto. Dia tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Purwokerto komisariat Agussalim UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri, serta terdaftar sebagai anggota Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) Purwokerto. Alamat rumahnya di Jln. Achmad Zein RT 02/ RW 03, Pasir Kidul, Purwokerto Barat. Alamat e-mail: chubbisyauqi2000@gmail.com. HP:085876365662. Intagram :syauqichubbi


Judul: Dakwah Milenial
Penulis: Prof. Dr. H. Abdul Basit, M. Ag
Peresensi: Chubbi Syauqi
Editor: Nur Wahid
Penerbit: Wawasan Ilmu
Cetakan: Juli, 2021
Tebal: 204
ISBN: 978-623-97452-1-9