Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sajak-sajak Dzun Nr


Episode Perpisahan

Kala fajar terbit dari ufuk timur
menyinari kehangatan jiwa yang lentur
mengobarkan semangat
dari keheningan yang membeku
dalam benak kalbu yang membisu

Senyum cakrawala yang membiru
menanti kedatangan seseorang
yang telah membawa jalan lurus kehidupan
seseorang yang tak akan pernah ku lupakan
meskipun dalam jiwa raga di kejauhan

Perasaan tak akan pernah hilang
bergeliat menjadi sebuah kenangan
yang tersimpan dalam rangkul pikiran
selalu mendatangkan sanubari kerinduan

Telah kutemui engkau di sudut senja yang buram
cakrawala yang gelap mendatangkan seruan tangisan
berteduh di bawah pohon-pohon yang rintang
menunggu deru angin untuk mengantarkan ucapan perpisahan

Kepadamu, tak akan ku lupakan
sampai detik terakhir penghabisan

Angkringan podjok 2022

Serpihan Hati Yang Hilang

Cakrawala gelap gulita
mengundang perasaan yang dulu kelam
kini menjadi keheningan
di tengah hiruk pikuk kenistaan

Kepak-kepak kelelawar
mengelilingi di bawah sinar rembulan
meniupkan seluring kebisingan
di tengah-tengah penderitaan
mencari serpihan-serpihan hati yang hilang

Bercak-bercak darah mengalir kesekujur tubuh
detak jantung mengguncang keheningan
menjatuhkan hati menjadi serpihan-serpihan
layaknya kristal yang jatuh, hancur lebur
menghilang tertimbun tanah

Takdir tak akan berubah
dari skenario yang telah tertata
yang pergi mungkin menjadi kenangan
yang datang akan menjadi penantian
dari segala bahagia, aku ucapkan syukur
dari segala kehilangan, aku harus belajar tafakkur

Kantin Unisma

Doa Kiai di Malam Hari

Dingin rasanya di sepertiga malam
susah payah membangunkan tubuh dari rebahan
dari kepayahan dan kecapean
berjuang untuk meraih masa depan yang cemerlang

Salut selimut terlepas rasanya ingin membeku
karena malam sanggat begitu dingin
melihat sesekitar tak ada rupa
hanyalah suara jarum jam yang berdendang
mengelilingi angka-angka keistimewaan

Orang-orang tertidur di atas loteng gubuk
sambil menikmati kelap kelip bintang malam
mengingat perjuangan
untuk masa depan yang cemerlang

Aku hanya seorang santri
diam membeku layaknya benalu
segala kewajiban, akan ku lakukan
segala larangan, akan ku tinggalkan

Lalu, aku ingat
seorang kiai tak kenal lelah
bergadang semalaman di tengah kedinginan
mengandengkan tangan memohan kepada tuhan
mendoakan santrinya di sepertiga malam

Masjid Dinoyo Lowokwaru

Suara Hati Dalam Secangkir Kopi

Pekat rasanya
kental rupanya
secangkir kehangatan membawakan butir-butir sajak
yang kutulis di atas meja panjang

Dalam setiap bait-bait sajak
selalu kutuliskan namamu
di balik secarik kertas nota
melawan perihnya mata di setiap kata
sambil menemani jari jemari menari di atas pena

Kutulis suara hati itu di malam rabu
di temani secangkir kopi dan sebatang rokok
memberantas kedinginan
menuju purnama kehangatan

Hembusan asapnya beraroma parfum mu
Yang setiap hari kau selalu usapkan pada kain jubah mu
Namamu selalu mendatangkan imaji
dalam buih-buih secangkir kopi

Kertas kertas berserakan di bawah meja itu
sedangkan tetesan noda pena
yang menodai kertas yang tak berdosa itu
hanya terisi namamu dalam setiap diksi puisi

Perih mata memerah
putung rokok pergi ke tempat sampah
tubuh mulai melemah
sampai namamu abadi dalam mimpi yang indah

Angkringan Podjok 2022

Tak Akan Pernah Menyerah

Aku tak akan penah menyerah
Sebelum terik matahari menyinari seluruh tubuhku
Untuk menerangkan imajinasiku
Yang diam membeku

Aku tak akan menyerah
Sebelum segumpalan awan menangis
Membasahi seluruh tubuhku
Yang penuh dengan debu

AkuTak akan penah menyerah
Sampai bunga Mawar tumbuh
Memberi keharuman
Untuk lebah-lebah sejati yang selalu menghinggapinya

Unisma Gedung B lt 6 R7


*dzun_nr nama pena dari Muhammad Dzunnurain. Kelahiran Ujung timur pulau Madura. Sumenep, 30-06-2003. Alamat rumah Desa Bragung, Kec. Guluk-Guluk, Kab. Semenep. Alumni PP. Annuqayah Daerah Lubangsa, juga Alumni Madrasah Aliyah Tahfidh Annuqayah tahun 2022. Pernah Aktif di Organisasi Daerah ”IKSBAR” (Ikatan Keluarga Santri Bragung), dan salah satu karya puisi pernah di muat di Majalah Sidogiri Edisi 179.