Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Lima Tahun Nusantara Berkhidmat


(Refleksi lima tahun pengabdian PMII Rayon Nusantara untuk Bangsa. Since, 13 Mei 2012)

Oleh: Ahmad Fairozi*

Ibarat anak yang lahir dan berkembang, umur lima tahun sudah mulai masuk tahap “nakal-nakalnya” seorang anak kecil. Setidaknya, dia (anak kecil) sudah mulai berpikir pada setiap apa yang akan dia lakukan, meski resiko tidak terlalu menjadi prioritas utama dia dalam mengambil keputusan.

Dia sudah pandai berjalan, meski terkadang jatuh akibat ketidak seimbangan tubuhnya. Dia sudah pandai berbicara, meski terkadang salah dalam penempatannya (wolak-walik). Dia sudah pandai merayu, meski rayuannya sebatas basa basi untuk penghibur dirinya dan membuat repot pendidiknya.

Setidaknya, begitulah tingkah laku jika anak sudah menginjak usia lima (5) tahun. Membuat si pendidik sedikit emosi, tapi terkadang lucu dan menyenangkan. Tentu, itulah yang dirasakan setidaknya oleh kita bersama sebagai bagian hidup tumbuh kembangnya si anak tadi.

Kita, sebagai pendidik dan sesama kader beserta seluruh warga PMII Rayon Nusantara, harus mengedepankan pola kesabaran dan keikhlasan menghadapi tumbuh kembangnya si anak tadi. Harus bijaksana dalam memahami sebuah persoalan. Jangan sedikit-sedikit marah lalu membencinya, memang begitulah proses tumbuh kembangnya anak dalam mencapai kedewasaan.

Anak kecil biasanya sangat peka dengan keadaan, dia akan dengan sangat mudah meniru dan mempraktekkan apa yang dia lihat, dia dengar, dan dia rasakan. Maka, tak heran jika dia akan dengan sangat mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar yang dia tempati.

Paling tidak, dia akan banyak belajar dari pengalaman dia tinggal di lingkungan ini, itu dan di sana. Dan dapat dipastikan jika seorang anak itu sudah pasti sangat bersungguh-sungguh dalam menangkap dan merekam atas segala kejadian yang telah ia lalui. Sebagai buah pelajaran berharga yang mesti harus mereka ingat setiap akan melakukan segala sesuatu pada setiap langkah berikutnya.

Namun, apakah hal tersebut serupa dengan pola pikir dan tingkah laku warga PMII Rayon Nusantara? Jawabannya ada dua kemungkinan. Pertama sama, dan kedua tidak sama. Bagi saya, tidak mungkin memberikan jawaban yang cocok sebagai buah penilaian bagi perkembangan PMII Rayon Nusantara. Sebab, hanya kalian (kader dan anggota) yang mengetahui jawaban yang benar sesuai realita atas pertanyaan di atas.

Penulis hanya berharap, jika kita harus melakukan perenungan mendalam terhadap perkembangan PMII Rayon Nusantara yang saya ibaratkan dengan seorang anak yang baru lahir hingga menginjak usia lima tahun.

Dimana, dalam kurun waktu tersebut, perkembangan pola pikir dan perilaku anak berada pada fase pertumbuhan yang cepat dan sangat responsif terhadap lingkungan sekitar tempat ia tinggal. Dia akan melakukan berbagai upaya untuk bisa berbuat sama dengan orang yang berada disamping dan sekitarnya. Coba mencoba, adalah hal yang lumrah dia lakukan sebagai wahana belajar dia mencari yang terbaik menurut kemampuan dia.

Pun demikian sebaliknya, jika perkembangan pola pikir dan perilaku anak berada pada fase pertumbuhan yang lambat, maka ini merupakan kekhawatiran yang saya katakan dengan kecemasan akan tumbuh kembangnya si anak tadi. Tidak berani mengambil tindakan hanya karena ketakutan akan menjadi salah, itu adalah sifat lain diluar naluri seorang anak kecil. Lalu, akan tumbuh pertanyaan begini, mungkinkah dia akan tumbuh dewasa dengan normal ataukan abnormal? Semua hanya dapat kita ketahui dengan cara diagnosis pada para ahli, (misalkan dokter-bila penyakit) dan para ahli-ahli disiplin lainya, menurut saya!

Kecemasan hanya akan menjadi sebuah persoalan jika tidak segera dilakukan pendekatan preventif dengan kesungguhan dan kenyataan yang ada. Namun, bukan berarti tidak boleh menggunakan langkah kuratif dalam menyelesaikan segala permasalahan yang ditimbulkannya. Ada baiknya jika segala kecemasan terlebih dahulu dilakukan penanganan dengan langkah-langkah preventif.

Ada pepatah gini, Jika engkau bergaul dengan seorang penjual parfum, meski engkau tak jualan parfum, kemungkinan besar engkau ikut harum dan wangi. Perumpamaan yang saya rasa cocok dengan pendapat yang saya uraikan dari atas dalam tulisan ini.(*)

*Dulu tukang pos di PMII.