Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Ini Dampak Kerusakan Karst


Yogyakarta, Rumah Baca Orid

Ada dua dampak kerusakan kawasan karst yang sering dirasakan masyarakat. Pertama adalah perubahan siklus hidrologi atau persediaan air yang kian berkurang. Kedua adanya lonjakan atau ledakan hama pertanian.

Dilansir Detik, Wahyu A Perdana, Manajer Kampanye Pangan, Air dan Ekosistem Esensial, Eksekutif Nasional WALHI Indonesia mengatakan dampak yang paling sering terjadi atas kerusakan karst adalah perubahan sistem hidrologi. “Kalau (dampak) yang paling sering terjadi adalah perubahan sistem hidrologi atau debit air berkurang,” katanya di Kantor WALHI DIY, Jumat 24 November 2017.

Kedua lanjut dia, seperti dari kasus di Kupang yang mengeksplorasi (kawasan karst) secara masif, yakni terjadi lonjakan hama umumnya serangga jenis belalang. “Dampaknya jelas mengganggu kawasan pertanian,” lanjutnya.

Wahyu menerangkan, untuk daerah di Indonesia yang kawasan karst-nya rusak cukup parah terjadi di Kalimantan Timur. Setidaknya ada 3,5 juta hektar kawasan karst di wilayah ini terancam rusak.

“Paling besar (kerusakannya) itu Kalimantan Timur ada 3,5 juta hektare kawasan karst-nya tidak hanya terancam tambang batu gamping, tetapi juga ada tambang batubara dan perkebunan,” katanya.

Kemudian kawasan Karst Gunung Sewu di Jawa bagian selatan keberadaannya juga terancam. Penyebabnya adalah keberadaan tambang batu gamping, walaupun aktivitas penambangan itu dilakukan dengan skala kecil.

Sedangkan menganai kawasan karst di wilayah Rembang terancam adanya industri semen. Untuk Rembang sendiri sebenarnya sudah ada putusan MA, yang menyatakan bahwa izinnya gugur.

“Selanjutnya di Jawa Barat (kawasan karst) yang terdata 58 ribu hektare, 40 persennya sudah habis oleh kawasan pertambangan. Kondisi karst di Sulawesi Selatan kondisinya juga sama,” pungkas dia. (detik/fairozi)