Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Remaja Desa


MEMBANGUN
Indonesia harus dimulai dari hal-hal kecil yang tak pernah lepas dari peran pemuda atau remaja. Tanpa pembangunan pemuda dan remajanya, mungkin negara hanya akan menunggu bom waktu untuk hancur dan porak-poranda. Sebab, pemuda atau remaja merupakan calon penerus generasi bangsa yang akan menentukan Indonesia masa depan.

Atensi terhadap peran pemuda atau remaja sudah semestinya menjadi kesadaran bersama antara pemerintah dengan keluarga sebagai benteng terakhir pertahanan negara. Jika diantara keduanya tidak sejalan dalam memperhatikan nasib pemudanya, maka sejak saat itulah Negara dengan secara pasti memulai kehancurannya.

Dengan massifnya teknologi informasi masuk ke desa, itu berarti pemuda desa sudah berinteraksi langsung dengan pengaruh globalisasi. Hampir setiap pemuda atau remaja desa saat ini telah menggunakan smartphone yang terintegrasi dengan internet. Jika itu disalahgunakan pemuda, dampaknya pun tidak main-main, hedonisme dan sifat inklusivitas akan menjadi tantangan luar biasa pemuda desa ke depan.

Seakan-akan, smartphone dengan jaringan internet tidak bisa terpisahkan. Pergi ke sekolah -meski tidak diperbolehkan- para remaja desa sudah berani membawa smartphone, belum lagi penggunaannya yang sulit diawasi, membuat kekhawatiran akan sifat di atas menjadi tantangan tersendiri oleh para orangtua dan keluarga.

Para remaja yang belum waktunya bermain-main dengan smartphone sudah dicekoki sedemikian rupa oleh dampak positif dan negatif yang terkandung dalam jaringan internet. Meski tidak secara eksplisit dampak internet selalu negatif, bukan berarti para remaja jauh akan dampak konten negatif internet. Salah satu bukti yang amat terasa adalah candunya remaja desa terhadap game online.

Dalam pengamatan yang dilakukan oleh penulis, para remaja desa kian hari kian jauh dari kegiatan positif, misalkan belajar bersama dan membaca buku. Itu sebabnya fungsi pengawasan orangtua terhadap anaknya kurang dilakukan. Selain itu, para remaja desa kian jauh dari hal-hal positif karena pergaulan dan interaksi sosial antar sesama remaja desa yang lebih mementingkan pergaulan yang itu bersifat hura-hura.

Pada dasarnya, pergaulan antar sesama remaja desa tidak ada yang salah, akan tetapi kegiatannya yang memprihatinkan. Jika itu dibiarkan, sepuluh tahun mendatang para remaja yang sudah mengalami candu game online akan kelimpungan karena terbelakang dan kurangnya asupan pendidikan serta pengetahuan. Bukan kemajuan yang diperoleh, namun sebaliknya, yakni kemerosotan.

Untuk merubah itu memang sedikit sulit dilakukan, karena membangun hal-hal positif memang perlu dilakukan dengan proses perencanaan yang matang dan dilakukan secara berkelanjutan. Keberadaan rumah baca, taman baca, dan komunitas baca lainnya perlu dukungan nyata dari berbagai pihak, termasuk para orangtua dan pemerintah, terutama yang bersentuhan langsung dengan masyarakat yakni pemerintah desa.

Karena, bagaimanapun keberadaan rumah baca, taman baca dan komunitas baca lainnya merupakan ijtihad baik untuk membangun desa berkemajuan dan berkeadaban yang lebih baik. Keberadaannya perlu dukungan nyata dari berbagai elemen masyarakat dan stakeholder guna menaburkan benih-benih positif dikalangan para remaja desa.

Keberadaan sekolah formalpun dirasa kurang memberikan hal positif ketika para remaja desa telah memasuki jam pulang sekolah. Jika tidak dibangun dengan kesadaran bersama untuk melakukan gerakan positif seperti belajar bersama dan membaca buku di rumah baca, taman baca dan komunitas baca lainnya, maka akan sangat sulit untuk merubah pola dan tingkah laku remaja desa menuju hal-hal positif.

Segalanya pun tidak akan berhasil ketika keberadaan rumah baca, taman baca dan komunitas baca berdiri tanpa dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemudanya. Oleh sebab itu, untuk menjaga Indonesia di masa mendatang, pemerintah dan masyarakat perlu memangun hal-hal positif terhadap pemuda desa sejak masa remaja. Jika itu tidak dilakukan, jangan bermimpi untuk menjadi negara yang betul-betul merdeka seutuhnya. (*)

*Ahmad Fairozi, Pendiri sekaligus Ketua Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).