Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Teror Surabaya


TEROR
Bom yang terjadi di Surabaya pekan lalu tidak dapat dibenarkan bagaimana pun asumsinya. Perbuatan itu sungguh sangat keji dan sungguh keterlaluan. Apalagi, hal itu terjadi jelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daera (Pilkada) serentak 2018. Jelas jika aksi tersebut memiliki tujuan untuk menciptakan suasana kekacauan dan perpecahan kerukunan umat beragama. Tidak hanya itu, aksi teror itu telah membuat panik masyarakat di Indonesia.

Dari segi agama Islam, tidak dibenarkan pelaku Bom bunuh diri itu melakukan jihad. Dan menurut agama-agama lainnya pun, tidak membenarkan perbuatan itu pula. Jadi, murni tujuan teror Bom di Surabaya bukan masalah agama, melainkan untuk menciptakan kondisi perpecahan antar umat beragama dan membuat kekacauan jelang Pilkada serentak 2018.

Namun, masyarakat kini sudah tidak mencemaskan hal itu. Sebab, kepolisian telah bergerak cepat dengan melakukan penggerebekan para terduga teroris di berbagai tempat di Jawa Timur dan Indonesia secara serentak. Bahkan, dari hasil penggerebekan itu, Densus 88 telah secara pasti menangkap para terduga teroris dengan jumlah yang banyak.

Kini yang perlu dilakukan adalah bagaimana masyarakat di Indonesia ke depan lebih pro-aktif menjaga keamanan dan kekondusifan lingkungannya. Sebab, untuk mengantisipasi hal-hal seperti teror Bom yang telah terjadi, diperlukan peran masyarakat yang aktif melaporkan berbagai macam kelainan, atau berkaitan dengan hal-hal yang mencurigakan kepada pihak berwajib. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya teror Bom kecil kemungkinan akan sukses.

Melihat berbagai penangkapan yang dilakukan pihak berwajib terhadap terduga teroris, hal itu terjadi hampir menyebar di seluruh pelosok Indonesia. Itu artinya, teroris memang tidak akan pernah menyerah dengan keadaan selama masyarakat tidak paham dengan kegiatan-kegiatan mencurigakan yang dilakukan para terduga teroris. Jika masyarakat tidak berperan pro-aktif mengawasi lingkungannya, besar kemungkinan akan menjadi sarang persembunyian terduga teroris.

Demikian pula dengan teror Bom yang terjadi sebelumnya, seperti di Kampung Melayu, Jalan MH Thamrin, dan beberapa teror Bom lainnya memang bertujuan untuk membuat kepanikan dan kekacauan. Mereka rela meledakkan diri demi sebuah misi yang mereka bawa yakni jihad. Namun, ketika yang terjadi menyebabkan kondisi kekacauan, mungkinkah itu jihad? Penulis rasa, perbuatan itu sama sekali tidak mendekati pada jihad menurut agama Islam dan juga bagi agama-gama lainnya.

Oleh sebab itu, pasca teror Bom yang terjadi, mari kita lebih pro-aktif melihat keadaan di lingkungan kita berada. Jika Nampak sesuatu yang janggal dan aneh, segera laporkan kepada pihak berwajib. Karena penulis rasa, laporan masyarakat akan sangat berguna bagi polisi dan tentu dari hal itu pula akan tercipta suatu kondisi yang jauh lebih aman dan kondusif.

Jika kita tidak pro-aktif dengan minimal menjaga lingkungan kita, maka para teroris akan nyaman dengan tempat persembunyiannya dan dimungkinkan akan sukses merancang teror-teror selanjutnya. Jika sebaliknya, maka aman dan kondusif akan kita rasakan sebagai mana hidup tanpa kecemasan akan munculnya sebuah teror Bom. Semoga kedepan bangsa Indonesia aman dan rukun. (*)

*Ahmad Fairozi, Pendiri dan Ketua Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).