Perseteruan Arab Saudi dan Kanada
POLITIK luar negeri Arab Saudi sedang memanas. Pasalnya, Arab Saudi mengambil langkah yang tidak biasa terhadap Kanada. Yakni, memutuskan hubungan diplomatik dengan negara yang dikenal multikulturalisme itu.
Sikap Arab Saudi tersebut dianggap sebagai sikap yang tidak biasa. Meskipun selama ini Arab Saudi dikenal keras terhadap negara-negara yang berada di kawasan, seperti Mesir, Iran, Yaman, dan Qatar. Arab Saudi kerap menabuh genderang perang terhadap negara-negara lain. Arab Saudi dikenal sebagai “polisi” bagi negara-negara tetangganya.
Namun, kali ini Arab Saudi memperluas perseteruan dengan negara Barat, yaitu Kanada. Hal itu bermula dari komplain Kanada terhadap Arab Saudi terkait penangkapan dua aktivis hak asasi manusia (HAM), Samar Badawi dan Nassima al-Sadah. Bagi Kanada, penangkapan terhadap para aktivis HAM dalam beberapa bulan terakhir merupakan pelanggaran HAM yang sudah disepakati oleh dunia internasional. Namun, Arab Saudi merupakan satu-satunya negara di dunia Islam yang menolak untuk meratifikasi HAM.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi melakukan protes keras terhadap Kanada. Setidaknya Arab Saudi memandang ada dua kesalahan fatal yang dilakukan Kanada. Pertama, Kanada dianggap melakukan intervensi terhadap masalah dalam negeri Arab Saudi. Arab Saudi mempunyai perspektif tersendiri dalam memaknai HAM. Pihak kerajaan mempunyai hak prerogatif untuk menangkap, bahkan memenjarakan siapa saja yang menentang kebijakan kerajaan, bahkan jika sikap tersebut dianggap bertentangan dengan HAM.
Arab Saudi tidak memandang lagi aspek HAM. Bagi mereka, HAM bisa dinomorduakan jika dianggap dapat merongrong kedaulatan negara. Karenanya, dalam beberapa bulan terakhir, sejak deklarasi reformasi, Arab Saudi melakukan penangkapan besar-besaran yang konon jumlahnya mencapai ribuan orang, termasuk pada ulama dan aktivis HAM.
Kedua, Kanada dianggap tidak menghormati penegakan hukum dan proses peradilan yang sedang berlangsung di Arab Saudi. Penangkapan terhadap ulama dan para aktivis HAM dianggap oleh Arab Saudi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari penegakan hukum. Karena itu, Kanada tidak pantas melakukan intervensi terhadap kedaulatan hukum yang berlangsung di Arab Saudi.
Memang, Arab Saudi mempunyai undang-undang yang sangat rigid terhadap pihak yang mengambil jalur berseberangan dengan pihak kerajaan. Hal tersebut sejalan dengan doktrin Wahabisme yang melarang seluruh gerakan yang dianggap menentang kebijakan pihak kerajaan.
Arab Saudi sebenarnya telah mengambil langkah besar dengan memberikan keleluasaan bagi perempuan untuk bekerja di ruang publik dan mengemudikan kendaraan. Dunia menyambut langkah yang diambil oleh Arab Saudi sebagai sebuah terobosan besar. Hal tersebut mengingat Arab Saudi selama ini mengambil langkah domestifikasi terhadap perempuan.
Di samping itu, perempuan diperbolehkan menonton pertandingan sepakbola dan menonton film atau konser. Perempuan tidak lagi dipingit di dalam rumah. Perempuan juga diperbolehkan untuk berdandan, seperti perempuan di Timur-Tengah pada umumnya, sesuai dengan kepatutan dan kepantasan dalam masyarakat Arab Saudi.
Jika melihat hal tersebut, sebenarnya Arab Saudi sedang menuju reformasi yang berlangsung secara gradual. Perempuan akan mendapatkan hak-haknya untuk berperan di ruang publik. Mereka juga mulai ditunjuk untuk menduduki posisi penting di kerajaan.
Namun, dari semua itu Arab Saudi masih mempunyai aturan yang rigid, yaitu larangan untuk melakukan protes dan demonstrasi terhadap kerajaan. Hal tersebut menjadi “garis merah” yang tidak bisa dilampaui oleh siapapun, termasuk para ulama. Mereka menjadi korban kebijakan rigid kerajaan. Ada ribuan ulama yang dipenjara hanya karena berseberangan dengan reformasi keagamaan yang dilakukan kerajaan.
Dalam konteks ini, kebijakan Arab Saudi dalam kacamata HAM memang dapat dikatagorikan dianggap sebagai pelanggaran berat. Kanada merupakan sebuah negara yang konsisten memperjuangkan HAM. Karenanya, Kanada memprotes keras kebijakan Arab Saudi tersebut. Apalagi, kedua aktivis perempuan yang ditangkap merupakan saudara Raif Badawi, seorang blogger yang dipenjara 10 tahun karena membuat website yang mengkritisi kebijakan keagamaan yang ekstrem di Arab Saudi.
Ironisnya, protes Kanada bukan direspons positif oleh pihak Arab Saudi, melainkan berdampak buruk bagi hubungan di antara kedua negara. Arab Saudi langsung mengusir Duta Besar Kanada di Riyadh, dan memulangkan Dubes Arab Saudi di Toronto. Tidak hanya itu, Arab Saudi juga memutuskan untuk memindahkan para mahasiswa yang sedang belajar di Kanada. Kerja sama sama militer dalam hal pembelian senjata yang konon mencapai 178 Triliun pun terancam batal.
Meskipun demikian, Kanada bergeming. Mereka akan terus memprotes Arab Saudi, karena HAM dan kebebasan merupakan nilai-nilai universal. Kerajaan tidak bisa seenaknya menangkap dan memenjarakan para aktivis yang melakukan protes terhadap kerajaan.
Namun, yang sangat disayangkan adalah sikap Amerika Serikat yang selama ini cenderung mendiamkan pelanggaran HAM yang dilakukan oleh Arab Saudi. Padahal AS selama ini sangat keras terhadap negara-negara yang melakukan pelanggaran HAM. Namun, jika yang melanggar HAM adalah Arab Saudi, AS cenderung bersikap permisif. Hampir tidak terdengar di kongres dan gedung putih sebuah protes keras. Sikap AS justru sangat keras jika yang melanggar HAM adalah Iran.
Maka dari itu, sikap Kanada merupakan peringatan keras bagi Arab Saudi. Dunia sebenarnya sedang prihatin melihat adanya pelanggaran HAM di negara kaya minyak itu. Arab Saudi harus mengubah kebijakan yang melanggar HAM itu. Jika Arab Saudi masih bersikukuh dengan kebijakannya, maka tidak menutup kemungkinan Arab Saudi akan terisolasi. Dunia sedang mencermati apa yang terjadi di Arab Saudi, karena reformasi yang berlangsung hanya setengah hati. (*)
*Zuhairi Misrawi, intelektual muda Nahdlatul Ulama, analis pemikiran dan politik Timur-Tengah di The Middle East Institute, Jakarta.