Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Menebar Kebaikan


JELANG
pelaksanaan Pemilu serentak tahun 2019, hoaks banyak bertebaran di media sosial (medsos). Ujaran kebencian yang disampaikan di medsos pun semakin hari semakin mengkhawatirkan. Banyak di antara kita yang menggunakan medsos hanya untuk menebar hal-hal yang negatif dan tak sedikit dari perbuatan itu, mereka hanya ikut-ikutan saja tanpa menyadari bahwa sebenarnya mereka bersalah.

Politik genderuwo yang dilontarkan presiden Joko Widodo (Jokowi) terhadap para elit politik semakin mempertegas jika persebaran kebaikan di medsos saat ini tidak sesuai dengan persebaran ujaran kebencian dan informasi hoaks. Sebab, medsos dipenuhi dengan pernyataan elit yang dipilah-pilah dan disampaikan dengan terpotong-potong yang hal itu dipastikan memunculkan banyak multi tafsir di tengah kehidupan masyarakat.

Bahkan, Presiden Jokowi saat menerima peserta kongres pemuda di Istana Bogor, Jawa Barat, Senin, 12 November kemarin mengajak para kaum milenial untuk hijrah. “Selalu saya sampaikan, marilah kita hijrah dari ujaran-ujaran kebencian kepada ujaran-ujaran kebenaran. Hijrah dari pesimisme ke optimisme. Hijrah dari pola konsumtif ke pola-pola yang produktif. Hijrah dari kegaduhan-kegaduhan ke persatuan, kerukunan karena itulah yang dibutuhkan,” katanya seperti dilansir detik.com.

Coba kita lihat facebook, twitter dan instagram serta whatsapp -empat medsos terpopuler di Indonesia- yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia, hampir dipastikan rata-rata kabar bohong, ujaran kebencian dan pornografi mendominasi di tiga platfom medsos di ata itu. Tidak sedikit dari pengguna medsos yang telah ditetapkan sebagai tersangka dan telah ditahan oleh para penegak hukum akibat kecerobohan mereka di medsos. Bahkan, akhir-akir ini ibu rumah tangga banyak yang diamankan karena ikut menyebarkan informasi bohong yang dikirinya sebagai kejadian nyata.

Akan sangat sedikit ditemukan dari sekian banyak pengguna medsos yang menebar kebaikan. Entah mengapa demikian, saya juga belum tahu alasan pastinya mengapa dan dilatarbelakangi oleh hal apa. Untuk itu, pola persebaran hoaks dan ujaran kebencian perlu kita lawan dengan turut menyebarkan konten-konten positif yang membangun bangsa menjadi lebih baik.

Menebar kebaikan adalah tugas bersama demi Indonesia lebih baik. Banyak cara untuk melakukannya, misalkan dengan menghindari pertentangan yang sangat dimungkinkan terjadi di medsos dan menyebarkan informasi beguna. Dengan ikut mendukung gerakan literasi masyarakat dan ikut berpartisipasi membagikan tips-tips berguna akan jauh lebih bermanfaat dibanding hanya menebarkan keresahan di tengah-tengah masyarakat.

Gerakan Rumah Baca ID

Gerakan Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID) yang selama ini dilakukan teman-teman merupakan hal yang bisa didukung dengan ikut menyebarkannya di medsos. Sebab hal-hal yang dilakukan teman-teman Rumah Baca pasti memiliki sisi positif bagi terciptanya generasi muda di masa mendatang. Indonesia saya katakan sedang membutuhkan hal ini. Apalagi, kita ketahui berita-berita positif yang diwartakan berbagai media online di tanah air sangat tidak sebanding dengan banyaknya berita peristiwa.

Seperti pesan dan ajakan Presiden Jokowi di atas, kita perlu melakukan hijrah. Kita sudah waktunya melakukan hijrah dari ujaran-ujaran kebencian kepada ujaran-ujaran kebenaran. Hijrah dari pesimisme ke optimisme. Hijrah dari pola konsumtif ke pola-pola yang produktif. Dan hijrah dari kegaduhan-kegaduhan ke persatuan dan kerukunan.

Masyarakat Indonesia saat ini memang sedang membutuhkan hal itu. Jadi tak terbayang rasanya jika kita belum berubah dari kebiasaan negatif tersebut. Sebab, Indonesia akan menghadapi masa depan yang belum menentu. Dan tentu, untuk menghadapi masa depan tersebut, generasi muda menjadi pertaruhannya. Masa depan Indonesia akan ditentukan oleh generasi mudanya. Jika kita para generasi muda tidak memiliki nilai tawar, maka kita perlu khawatir menghadapi masa depan yang semakin hari memiliki nilai persaingan yang semakin tinggi.

Jika kita tidak melakukan perubahan itu, kriminal mungkin akan semakin banyak, ujaran kebencian akan semakin sulit dibendung dan berbagai hal negtif akan tumbuh subur. Apalagi, kita akan sedang memasuki tahun politik 2019. Apakah kita akan seperti ini saja setiap hari? tentu saja tidak.

Saya berharap Indonesia menjadi negara yang berdaulat dengan sesungguh-sungguhnya. Saya mencita-citakan Indonesia menjadi negara maju yang juga memproduksi kekayaan intelektual menjadi produk ekonomi yang mahal seperti halnya Amerika, Jepang, India dan China. Bukankah Presiden Soekarno pernah berkata begini. “Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri.”

Jika hal itu dipikir-pikir, mamang benar adanya. Kita sudah masuk pada fase saling caci maki, hoaks, dan berada pada ambang batas perpecahan. Namun, hal itu saya tegaskan tidak akan pernah terjadi jika kita berkomitmen untuk menyebarkan kebaikan-kebaikan yang sifatnya akan memotivasi dan mendorong iklim persaingan yang baik bagi masa depan bangsa kita sendiri. Sekali lagi saya tegaskan jika kita butuh melakukan hijrah. Semoga! (*)

*Ahmad Fairozi, Pendiri Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).