Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Figur Perempuan Teduh di Era Milenial


Saat ini
perempuan Indonesia dapat dikatakan perempuan yang merdeka. Hal ini karena mereka tak perlu bersusah payah untuk memperjuangkan haknya yakni kesetaraan gender, yang berarti bahwa perempuan Indonesia sudah diakui bahwa kedudukan perempuan sudah sederajat dengan laki-laki. Atas dasar hak tersebut maka perempuan sudah terbebas dari kungkungan perspektif bahwa perempuan hanya dibolehkan pada tiga tempat: sumur, kasur, dan dapur. Menurut harun, ia memiliki pandangan bahwa perempuan itu memiliki derajat yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Mereka tidak perlu bersusah payah untuk memperjuangkannya, karena di dalam Islam perempuan sudah mendapatkan title “istimewa.” Bagaimana mungkin, seorang hawa yang lembut dan teduh pembawaannya harus disetarakan dengan laki-laki yang keras dan berhati baja. Tentu keduanya sungguh berbeda.

Perempuan memiliki title “istimewa” karena ia memiliki peran dan andil yang sangat besar dalam perkembangan sebuah negara. Ketika kecil, ia bisa dibanggakan karena akhlaknya yang baik, sedangkan saat dewasa dan menikah ia memiliki jiwa yang penuh dengan kasih sayang. Melalui tangannya, ia dapat merawat dan mendidik anak sehingga menghasilkan generasi yang cerdas secara intelektual dan emosional. Figur tersebut akan tetap nampak apabila perempuan dapat menjaga dirinya dengan benar. Sayangnya, di Era milenial perempuan sedikit lupa dengan keistimewaannya. Mereka lebih suka menghabiskan waktunya sebagai wanita karier, hingga melupakan perannya sebagai seorang ibu dan istri. Karena itulah, sebagai seorang penulis, Harun memberikan perhatian yang begitu besar bagi perempuan. Melalui karyanya, ia memberikan penegasan mengenai perempuan teduh, terutama di era milenia.

Perempuan teduh merupakan gambaran seorang muslimah yang tidak hanya meneduhkan tetapi memberikan kenyamanan kepada orang-orang disekitarnya. ia teduh karena memiliki akhlak yang terpuji, berbusana dengan menutup aurat, taat kepada Allah SWT serta taat kepada orangtuanya. Selain itu, perempuan teduh juga harus berpendidikan, dikarenakan perempuan adalah guru pertama bagi anaknya. Sesuai dengan makna yang diberikan oleh harun, tepatnya pada hal. 178, bahwa, perempuan teduh adalah perempuan yang menjadikan Allah SWT dan Rasul-Nya cinta paling utama, malu sebagai perisainya, dan santun sebagai sifatnya. Harun juga memberikan nasehatnya kepada seluruh perempuan yakni jadilah perempuan yang meneduhkan dengan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Karena seluruh ketenangan hanya bersumber dari Allah SWT. Jadilah perempuan yang teduh bagi orang tua, suami, dan anaknya, yang memberikan ketenangan kepada orang-orang di sekitarnya.

Figur perempuan teduh pun digambarkan oleh harun agar perempuan paham mengenai keteduhan yang harus dimiliki oleh seorang muslimah, di antaranya Istri Althab yang memberikan kasih sayang tulus kepada suaminya. Sang suami hanya bekerja sebagai pencari kayu bakar, tetapi sang istri sangat memahami suami dan taat kepadanya. Kemudian ada kisah dari Aisyah binti muzahim, seorang istri dari raja nasrani yakni Raja Fir’aun. Keimanannya begitu kuat, hal inilah yang perlu dicontoh oleh seorang muslimah. Meskipun sang suami adalah seorang raja nasrani dengan kekayaan yang begitu melimpah, tetapi ia tetap mengimani Allah SWT, hingga akhirnya terbongkarlah suatu berita bahwa istrinya tidak menyembahnya layaknya Tuhan. Dan berakhir dengan hukuman yang diberikan raja fir’aun kepada istrinya. Kisah lainnya yang dicontohkan adalah kisah maryam binti imran, wanita yang terjaga kesuciannya. Bahkan dalam kisah, malaikat jibril pun pernah menyamar menjadi seorang laki-laki yang tampan, tetapi maryam pun tidak tergoda. Meskipun imannya sangat kuat, dewi maryam tetap meminta Allah SWT untuk menjauhkannya dari segala hal yang menimbulkan fitnah. Ia begitu taat kepada Allah SWT, hingga Allah SWT menitipkan seorang anak pada rahim dewi maryam yakni nabi Isa AS, serta ada kisah fatimah binti Muhammad. Putri Rasulullah SAW yang hidup sederhana dengan suaminya tanpa dibantu oleh orang lain. Kemudian ada Khadijah binti Khuwailid, seorang istri yang sangat dicintai oleh Rasulullah SAW dan orang yang pertama kali masuk Islam serta Fatimah al-Fihri, dan Hajar. Dari kisah-kisah yang telah disebutkan di atas, banyak sekali hikmah yang dapat dipetik dan diteladani oleh muslimah di masa kini, bahwa seorang perempuan harus dapat mengistimewakan dirinya dengan menjaga diri dari hiruk pikuk keramaian, taat kepada suami jika berperan sebagai istri, dan sebagainya.

Terdapat lima pembahasan yang dikaji dalam buku “perempuan teduh” yaitu awan, rumah, pohon, jilbab panjang, teladan yang meneduhkan. Pembahasan awan didapatkan penulis dari sifat perempuan yang lembut bagai sutera. Perempuan cenderung menggunakan hati dibandingkan dengan logika, karena itulah untuk menasehati perempuan pun harus menggunakan cara yang halus. Termasuk memberikan nasehat permasalahan busana pada perempuan. Berbicara mengenai wanita karier tentu sangat berkaitan dengan style berbusana pada perempuan. Trend fashion saat ini cukup bermacam-macam. Biasanya remaja milenial selalu mengikuti gaya idolanya. Sebut saja selebgram, artis di media sosial sekarang memberikan dampak yang besar bagi style berbusana bagi remaja perempuan di Indonesia. Sekarang banyak sekali pemudi yang berkarier dengan memanfaatkan media sosial tapi seolah melupakan bahwa ia adalah seorang muslimah yang wajib mengulurkan hijabnya, bukan hanya menutupi bagian dada saja. Hal ini juga dibahas dalam buku perempuan teduh. Perempuan sangat dijaga dengan ketat oleh agama Islam. Aurat perempuan terdiri dari seluruh tubuhnya, kecuali muka dan telapak tangan. Karena itu, ketika perempuan bepergian kemanapun dianjurkan untuk menggunakan kaus kaki dengan tujuan untuk membantu menjaga pandangan laki-laki dari aurat perempuan.

Selanjutnya pembahasan mengenai rumah, Harun membahas mengenai bagaimana akhlak perempuan ketika bepergian. Seorang perempuan hendaknya menghindari kerumunan, menjaga dirinya dari hal-hal yang dapat menimbulkan fitnah. Dahulu perempuan tidak diperbolehkan keluar malam bahkan ketika pulang melebihi jam batas dapat menjadi gunjingan tetangga dan dianggap perempuan yang tidak baik. Tetapi melihat kondisi sekarang, saat ini perempuan di luar rumah hingga tengah malam pun menjadi pemandangan yang biasa. Kita biasa menjumpainya di alun-alun, atau beberapa tempat ramai. Akhirnya menjadikan penjagaan pada perempuan waktu demi waktu menjadi renggang. Padahal sudah menjadi tugas perempuan untuk menjaga dirinya dengan berdiam di rumah jika tidak ada kepentingan di luar, menutup aurat sebagaimana mestinya. Menurut harun, sebaik-baik perempuan adalah tinggal di rumah, jika ia pergi pun hanya untuk menyelesaikan keperluannya saja.

Harun juga memberikan analogi “pohon”, sebagai sebuah tumbuhan yang sedang berkembang (Hal. 99). Hal ini diibaratkan dengan seorang perempuan yang sedang mencari jati dirinya, termasuk mencari kepastian pada asmara. Salah satu perkataan harun mengenai kepastian cinta yakni jika benar seseorang mencintai, maka ia akan melakukan apapun untuk memperjuangkannya. Tentunya melalui jalan yang benar (jalan yang penuh kebaikan) melalui pernikahan. Problematika yang sering terjadi adalah banyaknya perempuan yang mau menyerahkan hatinya untuk seseorang yang belum pasti dan hanya berujung pada lara hati. Padahal perempuan adalah makhluk perasa, ia akan sulit untuk melupakan seseorang yang sudah dicintainya. Hal inilah yang menyebabkan perempuan yang rela mengakhiri hidupnya karena putus cinta. Karena itulah, perempuan harus hebat dan tabah seperti akar yang selalu bertahan dan setia hanya pada satu cinta.

Selanjutnya mengenai jilbab. Ibu selalu menasehati agar sang-anak tidak boleh malu ketika menggunakan hijab di tengah lingkungan masyarakat. Hijab menjadi ciri khas bagi perempuan muslimah, tanpanya maka tidak ada perbedaan antara seorang muslimah dengan non muslim. Kemudian ayah juga menasehati agar sang anak tidak terlena dengan fitrah “cinta.” Bahwa perempuan harus bisa menolak laki-laki yang tidak serius serta jadilah perempuan yang cerdas untuk mendidik anak-anak. Penulis juga memberikan penjelasan baik mana antara perempuan yang salihah dengan perempuan cerdas. Perempuan salihah tentu cerdas, sedangkan perempuan cerdas belum tentu salihah. Bagaimana mengenai fitrah seorang perempuan? Ketika dewasa, perempuan akan memiliki peran sebagai seorang istri dan ibu. Perempuan memiliki peran yang penting bagi perkembangan muslim. Di dalam Islam, perempuan tidak setara dengan laki-laki, karena kedudukan perempuan jauh di atas laki-laki. Perempuan memiliki tugas mendidik anaknya dan mengajari berbagai ilmu kepada anaknya, mengurus suami, dan melaksanakan tugas ibu rumah tangga. Sedangkan suami bertugas untuk mencari nafkah. Memang benar bahwa seorang suami bisa mendidik anak, tetapi secara keseluruhan peran istri dan ibu tidak dapat diterapkan secara menyeluruh kepada suami. Hal inilah yang menjadikan kedudukan perempuan lebih istimewa dibandingkan dengan laki-laki. Seorang Ibu dapat menggendong anaknya sambil memasak atau menyetrika baju. Beberapa kegiatan dapat dilakukan dengan sekali waktu. Inilah kemampuan perempuan, ia memiliki kemampuan multitasking. Beda halnya dengan laki-laki yang hanya dapat mengerjakan satu hal dengan fokus. Karena itulah perempuan dan laki-laki harus saling melengkapi dan bekerjasama membangun rumah tangga yang sakinah, mawadah, dan warahmah.

Perempuan juga sangat identik dengan kecantikan. Perhiasan dunia juga telah menjadi sebutan bagi perempuan. Saat ini, seluruh perempuan sedang berlomba-lomba untuk meningkatkan eksistensinya melalui kegiatan menghias diri. Dengan alasan bahwa cantiknya itu untuk diri sendiri. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika pujian itu akan memberikan rasa kagum dalam diri. Hal inilah yang membuat hati perempuan semakin menginginkan untuk tampil cantik paripurna. Pendapat ini tidak bernilai benar dan salah. Saat ini tersedia beragam kontes atau perlombaan yang memperlihatkan kecantikan. Perempuan justru berlomba-lomba untuk memenangkan kontes tersebut. Hingga tanpa sadar ia berjalan menuju keterpurukan.

Ada satu hal yang lebih penting daripada kecantikan fisik. Apa itu? Itulah yang dinamakan dengan kecantikan hati. Fisik manusia akan menua seiring dengan berjalannya waktu, tetapi tidak dengan batinnya. Ia akan menjadi sangat cantik ketika dipupuk oleh akhlakul karimah. Kecantikan yang berasal dari dalam hati akan memancarkan aura kebaikan dari seluruh tubuh yang dapat menjadikan orang lain nyaman bila didekat perempuan tersebut. Perempuan tidak perlu menjelaskan bahwa ia adalah seseorang yang cantik. Karena pada dasarnya memang seluruh perempuan itu cantik. (*)

*Emiliya Fatmawati, mahasiswi semester 5 prodi Manajemen Pendidikan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan dari UIN Prof.K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Lahir di Cilacap, Jateng tepatnya pada tanggal 12 April 2001. Hobi saya adalah membaca dan menulis. Membaca memberikan banyak ilmu. Kita bisa berkeliling dunia melalui buku, yang artinya bahwa buku menjadi kunci kesuksesan bagi seluruh manusia, sedangkan menulis menjadi salah satu aktivitas efektif untuk menuangkan ide dari membaca. Kedua hobi tersebut menurut saya sangat menyenangkan. Saya juga terdaftar sebagai anggota Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) Purwokerto. Untuk dapat menghubungi penulis, bisa kontak melalui instagram @ShaQueena.barrah; email: emiliyafatmawati858@gmail.com; Wa: +6285826376647


Judul Buku: Perempuan teduh
Penulis: Harun Tsaqifs
Peresensi: Emiliya Fatmawati
Penerbit: QultumMedia
Cetakan: I
Tahun terbit: 2019
Tebal: x+238 hal
ISBN: 978-979-017-415-3