Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Membakar Jiwa Pemimpi


A Note To Remember
merupakan buku ke-6 karya Wirda Mansur yang terbit pada bulan November tahun 2020. Buku ini berbeda dengan buku-buku sebelumnya karena lebih ringkas, namun tetap berbobot dan memotivasi. Lewat buku ini Wirda Mansur ingin mengingatkan kembali kepada pembaca untuk menjadi orang yang tidak mudah putus asa dengan selalu memperbaiki diri dan mengejar masa depan, khususnya untuk tidak melupakan Allah SWT yang memiliki kemampuan tak terhingga yang siap membantu kita. Terdapat dua bagian dalam buku ini yaitu berkaitan dengan menjaga impian dalam kondisi apapun dan mewujudkan impian dengan bantuan kekuatan Allah SWT yang superunlimited.

Buku ini diawali dengan pertanyaan “bagaimana caranya menjaga mimpi yang besar di masa sulit seperti pada saat pandemi?.” Pandemi merubah tatanan kehidupan manusia seperti pada faktor ekonomi dan pendidikan. Misalnya, dimasa pandemi banyak pekerja yang terkena PHK, pembisnis yang omsetnya turun drastis sehingga keuangan menjadi semakin sempit serta pelajar yang putus sekolah karena keterbatasan fasilitas penunjang pendidikan. Kondisi yang semakin sempit mengundang persepsi bahwa tidak ada peluang lagi untuk bermimpi dan memulainya kembali. Berbeda jika kita melihatnya dengan sudut pandang yang luas, yang mana terdapat banyak kesempatan untuk bangkit.

Seperti yang telah diketahui bahwa semangat dalam menjaga mimpi dalam kondisi apapun bisa dilakukan dengan cara mencari peluang dari keterbatasan tersebut . Contohnya dengan berjualan di media sosial. Tidak dapat dipungkiri bahwa hampir semua status WhatsApp ataupun media sosial lainnya di masa pandemi ini didominasi oleh orang-orang yang berjualan. Yang menarik dari hal tersebut adalah orang-orang yang berjualan tidak hanya didominasi oleh orang dewasa saja, namun sudah merambah kepada anak-anak. Hal ini menunjukan adanya kesadaran akan peluang dari fenomena pandemi Covid-19 yang ternyata mampu memberikan jalan untuk menambah pemasukan pada khususnya.

Berbicara tentang impian, Impian yang besar itu ketika kita memikirkannya menimbulkan persepsi tidak mungkin dan membuat orang lain mengatakan impossible. Menjaga impian sebenarnya lebih kepada keyakinan. Semakin kita yakin dengan impian tersebut, maka semakin cepat impian tersebut terealisasikan. Selain keyakinan, tulisan dan ucapan juga mempengaruhinya. Misalnya lagu tentang ditinggal nikah, maka yang terealisasikan di dunia nyata pun seperti itu. The real ucapan adalah doa. Dalam kutipannya Wirda Mansur mengatakan “semua hal yang kita tulis, ataupun ucap, sooner or later, itu semua akan menjadi kenyataan. Asal kita percaya” (Hal.26). Percaya dengan ucapan atau tulisan mengenai impian akan berpengaruh terhadap hidupnya.

Impian juga sering kali disandingkan dengan ability (kemampuan). Misalnya karena adanya peran orang tua yang sudah sukses, finansial yang mendukung, relasi yang luas dan karena kemampuan otak yang sudah mumpuni. Pada dasarnya hal tersebut masih bisa diupayakan oleh siapapun, seperti dengan menonton youtube, mengikuti webinar atau seminar dan mengikuti organisasi. Kemampuan itu bisa diciptakan. Ketika kita menganggap kemampuan diri serba terbatas, maka mintalah bantuan Allah yang kemampuannya superunlimited. Maka dari itu, sebelum memulai sesuatu, mengambil langkah, keputusan atau apapun itu, berdoalah dulu dan memintalah dulu kepada Allah setelah itu barulah memulai.

Impian selain disandingkan dengan kemampuan, seringkali disandingkan pula dengan kisah masa lalu. Wirda Mansur memberikan afirmasinya “I am not hopeless. I am sure that there are many ways in life. Hopefully, we can all learn from the past” (Hal.35). Penulis sepakat dengan ungkapan tersebut. Seperti yang tertuang dalam kitab Alala nadhom ke-6 yang berbunyi “wakun mustafidan kula yaumin ziyadatan, minal ilmi wasbah fi bukhuril fawaidi” bahwasannya kita harus mampu mengambil faidah atau hikmah atas apa yang telah terjadi pada diri masing-masing dibarengi keilmuan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.

Setiap manusia itu memiliki masalah, yang membedakan ialah bagaimana ia mengelolanya. Ketika suatu masalah terus menerus dipikirkan, maka akan menjadi beban. Berbeda dengan ketika mencapai tahap mampu memaafkan, melupakan dan mengikhlaskan masalah tersebut, maka jiwa akan menjadi sehat. Jiwa yang sehat mampu menghargai proses yang ada dalam dirinya. Tertempa, terbentur dan terbentuk merupakan ungkapan yang cocok dalam menjalani proses memperbaiki diri. Kekhawatiran akan persepsi orang lain haruslah dihempaskan. Impian bukan ditentukan oleh konsesus publik, melainkan ditentukan oleh seberapa kuat dan besar belief dalam diri masing-masing.

Wirda Mansur juga mengingatkan kita bahwa “impian itu bagaikan kapal, lo nahkodanya. Lo yang mengarahkan, banting kemudi, mau diarahkan kemana nih impian” (Hal.113). Kalimat tersebut mengingatkan kita bahwa impian itu tergantung persepsi kita. Ketika persepsi impian tersebut tidak mungkin dan sulit ditaklukan, maka impian yang kita tuliskan dan ucapkan pun hasilnya menjadi tidak mungkin. Konsepnya adalah percaya diri, menambah wawasan dan berdoa. Impian memerlukan tujuan sebagai arah proses perkembangannya. Dan impian membutuhkan semangat untuk mengarungi rintangannya. Impian itu milik sendiri dan itu yang diinginkan untuk menjadi kenyataan. Jadi, hempaskan orang-orang yang mencibir impian tersebut.

Dibuku ini selain sharring cerita mengenai fenomena yang terjadi saat ini, Wirda Mansur juga memberikan qoutes pembangun motivasi dalam bermimpi. Dari beberapa quotesnya, penulis menyukai quotes yang berbunyi “If you have something that you can’t do, then you must have something that you can do!” (Hal.72). Dari quotes ini Wirda Mansur mengingatkan kita bahwa semua orang mempunyai impian tetapi tidak semua orang mampu mencapainya. Kegagalan mencapai impian tersebut bukan berarti tidak memiliki harapan, justru dari kegagalan tersebut semakin ada harapan untuk bangkit mencapai masa depan. Maka dari itu, kita harus jeli terhadap potensi diri yang mampu menjadikannya peluang menuju impian yang didambakan.

Buku A Note To Remember karya Wirda Mansur tidak jauh berbeda dengan buku-buku sebelumnya. Yang membedakan ialah buku ini type buku yang dibaca sekali duduk karena isinya yang ringkas dan jelas. Dari segi covernya menarik dengan desain yang simpel dan dipadukan dengan warna yang cerah sehingga buku ini tetap elegan. Konsep dari buku ini dengan potongan cerita yang disisipi kutipan-kutipan penyemangat dan desain ilustrasi yang full color serta fontnya yang berbeda-beda menambah daya tarik untuk membacanya serta bisa juga dijadikan konten foto yang instagramebel.

Menurut penulis, buku ini seharusnya ada kebaharuan qoutes sehingga dalam buku ini tidak didominasi oleh qoutes dari buku-buku sebelumnya. Selain itu, ada beberapa bagian terlihat lompat-lompat seperti dipaksakan masuk kebagian tersebut. Namun, karena kelebihan dari gaya penulisan dan gaya bahasa yang terlihat halus dan mudah dipahami, maka buku ini bisa menjadi referensi bacaan khususnya remaja muslim yang membutuhkan motivasi dan sudut pandang lain dalam mengetahui bagaimana caranya melibatkan mimpi dengan melibatkan Allah SWT serta dalam segala urusan apapun. (*)

*Nur Fathonatus Salamah, lahir di Banyumas, 18 Mei 2001. Dia tercatat sebagai Mahasiswa Fakultas Dakwah, program studi Bimbingan dan Konseling  Islam UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto. Penulis tergabung dalam Komunitas Mitra Remaja serta terdaftar sebagai anggota Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) Purwokerto. Alamat rumahnya di Desa Gambarsari RT 04 Rw 02, Kebasen, Banyumas. Penulis bisa dihubungi lebih lanjut di 0812-4967-0828 dan e-mail: nfathonatus@gmail.com atau pembaca bisa berinteraksi melalui akun instagram @nufasasyifa.


Judul buku: A Note To Remember
Penulis: Wirda Mansur
Peresensi: Nur Fathonatus Salamah
Penerbit: Sunset Road
Tahun terbit: November, 2020
Kota terbit: Jakarta
Tebal halaman: 128 halaman
ISBN: 978-623-94886-4-2