Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Persepsi Manusia Terhadap Tuhannya


Oleh: Fawwaz Adzansyah Islamy (*)

BERBICARA manusia dan kehidupan maka selain berbicara tentang keindahannya. Pastinya ada cerita-cerita yang membuat manusia merasa berada dalam titik terendah dalam hidupnya, misalnya pada suatu ketika mengalami kegagalan, kecewa, putus cinta dan cerita lainnya. Dunia yang begitu luas ini terasa sempit, Tuhan yang begitu baiknya terasa jahat. Kehidupan ini memang terkadang berjalan dan berputar tidak sesuai yang diharapkan, ketika kita menginginkan sesuatu namun kenyataannya berlawanan, penyesalan pun kemudian muncul dalam diri dan berdampak pada rasa ingin menyerah terhadap semua yang terjadi, menggangap dunia ini sudah hancur dan Tuhan dianggap tidak adil.

Suatu hari ketika melihat orang-orang telah mencapai kesuksesan, memiliki pekerjaan tetap, memiliki penghasilan milyaran, memiliki keluarga yang harmonis, terlintas pertanyaan dalam pikiran kita “Kira-kira kapan ya hidupku seperti itu?”. Teman-teman, ingatlah bahwa kita hidup di dunia ini seperti planet-planet di tata surya yang bergerak sesuai dengan garis edarnya. Tidak perlu membandingkan hidup dengan orang lain, teruslah bergerak dan belajar sampai suatu saat berada di titik terbaik menurut takdir.

Bersyukur!, itulah kata yang tepat untuk kita yang terkadang merasa kurang atas apa yang telah tuhan berikan, ketika di depan cermin merasa kok mukaku begini, kok warna kulitku begini. Semakin mengeluh maka akan membuat kepercayaan diri terkikis. Mungkin kita lupa bahwa yang menciptakan kita adalah tuhan yang maha sempurna. Tuhan menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya. Dalam setiap kekurangan, pasti ada kelebihan. Kita terlalu fokus kepada kekurangan sampai lupa dengan kelebihan yang ada. Alfialghazi penulis buku ini menuliskan, tidak perlu mati-matian mengubah diri hanya karena ingin disukai oleh banyak orang. Hidup ini sudah rumit sekali, ditambah lagi harus memakai topeng. Kita akan benar-benar kehilangan jati diri (Hal. 57).

Masa depan tidak ada yang tahu tentang itu, apakah akan bahagia atau justru akan banyak air mata yang terkuras. Tugas kita sebagai manusia hanyalah bersiap dan bermimpi, setiap mimpi harus diusahakan, mustahil jika mengharapkan keberhasilan tetapi tanpa adanya usaha untuk mendapatkannya. Berani untuk bermimpi besar maka harus berani pula untuk mewujudkannya. Harus siap dengan yang akan terjadi walaupun dengan air mata, bersiaplah untuk memulai petualangan-petualangan mencapai impian. Kita pasti merasakan semakin hari waktu berjalan begitu cepat, masih terasa dulu kita anak-anak sekarang sudah dewasa yang memaksa kita untuk mampu berdiri sendiri dalam menghadapi kenyataan hidup, sedih, kecewa, galau, menjadi hal yang biasa. Karena waktu terus berjalan maka hidup juga harus berjalan, saatnya bangkit dari kemalasan demi kesuksesan yang kita impikan. Tidak ada yang terlambat, mulailah dari sekarang dan libatkanlah Allah dalam setiap hal.

Hal yang lebih indah dari kesuksesan seseorang adalah proses di baliknya. Orang-orang yang sukses hari ini pasti mereka telah melewati rintangan-rintangan dalam petualangan kehidupan. Jika sampai saat ini kita masih terjebak dalam pikiran tidak bisa atau tidak mampu, mungkin itu hanyalah sebuah pengalihan dari rasa tidak mau bersabar, tidak mau menghadapi rintangan-rintangan yang akan terjadi, tidak mau belajar, tidak mau bekerja keras seperti orang-orang yang telah berhasil mencapai kesuksesannya. Sebagai manusia pastinya dalam perjalanan kehidupan ini membutuhkan kekuatan untuk bangkit ketika jatuh dan berjalan ketika lelah. Kita tidak bisa terlalu berharap kepada manusia untuk selalu menolong kita karena nanti pada suatu saat pasti mereka akan pergi, kita juga tidak bisa bersandar pada diri sendiri karena pasti tidak akan kuat. Maka kita harus butuh sebuah kekuatan diatas kekuatan yang ada, yang akan menemani ketika sedih, membantu kita bangkit dari jatuh dan kekuatan inilah yang menjadi alasan untuk bertahan. Kekuatan ini adalah kekuatan Allah, yang tak terbatas di langit dan di bumi, tidak pernah lelah dan tidak tidur. Dan ketika berkata pasti terjadi. Surat Ali Imran ayat 160 berbunyi yang artinya: “Jika Allah menolong kamu, maka tidak ada yang dapat mengalahkanmu, tetapi jika Allah membiarkanmu, maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” (QS. ali-Imran:160).

Kesuksesan tidak datang dengan sendirinya pasti ada proses untuk meraihnya, janganlah menjadi manusia yang hanya berharap kesuksesan akan datang begitu saja, haruslah untuk berusaha agar kesuksesan segera datang. Tentukanlah kemana arah petualanganmu, kemana tenagamu akan dihabiskan, kemana kamu akan pergi. Nabi Musa membelah laut dengan memukulkan tongkatnya ke laut bukan berarti Allah tidak mampu membelahnya tapi Allah ingin memberikan pelajaran bahwa manusia haruslah berusaha, Allah yang membantu menyempurnakan hasilnya. Pada setiap langkahan kaki dalam perjalanan hidup jangan lupa untuk selalu melibatkan Allah.

Kita harus meyakini bahwa setiap perjalanan hidup melibatkan Allah maka hidup akan indah dan baik-baik saja. Jika hanya berpangku menyadarkan sesuatu kepada manusia tak mungkin kuat karena kita manusia makhluk lemah yang memiliki kekuatan terbatas. Allah Maha Segalanya yang mampu mengatur semua yang ada di bumi, maka suatu saat ketika kita mengalami kegelisahan hidup dan merasakan beratnya ujian hidup, bersegeralah untuk mengangkat tangan berdoa kepada-Nya dengan hati yang penuh kepasrahan dan keyakinan. Saat kita selalu menyertakan Allah dalam hidup, tidak ada ujian yang berat untuk dihadapi, tidak ada impian yang mustahil untuk diraih. Teman, ketika sudah senantiasa memanjatkan doa kepada Allah, terkadang juga menangis di antara untaian doa.

Namun, permintaan tak kunjung menjadi kenyataan,. Kita harus memahami Allah maha mendengar. Allah pasti tahu tentang doa-doa yang kita panjatkan. Doa adalah suatu ibadah. Allah akan memberikan pahala sebagai hadiah kepada setiap orang yang berdoa, semakin sering berdoa maka pahala yang didapat semakin besar. Tidak semua doa Allah kabulkan sekarang, Allah tahu waktu yang tepat untuk mengabulkan doa itu. Allah maha tahu, sedangkan kita tidak. Jangan sekali-kali berhenti untuk berdoa. Doa adalah kebaikan yang pasti kembali kepada pemiliknya.

Pernah mungkin pada suatu titik kita menangis panjang di tengah kensunyian merasa diri ini begitu lemah untuk menghadapi ujian yang begitu berat. Mencoba untuk menghindar dari segala ujian yang datang, tapi ujian itu tetap saja hadir dalam hidup kita. Seperti inilah hidup, Allah memberikan ujian kepada kita bukan karena tidak sayang, justru inilah bentuk dari kasih sayang Allah agar diri kita sebagai manusia menjadi lebih baik. Ujian adalah tempat untuk melatih diri menjadi pribadi yang kuat. Lihatlah nabi-nabi yang mulia banyak mengalami ujian hidup yang begitu berat. Sehingga, dengan itu mereka menjadi manusia-manusia yang paling mulia di bumi ini.

Hidup adalah perjalanan yang berjalan dari satu titik ke titik lainnya,  di perjalanan itulah pasti ada ketidaksesuaian dengan apa yang diharapkan, kesulitan datang tanpa permisi, sedih, gundah, gelisah, takut sampai hampir menyerah adalah suatu hal yang lumrah terjadi dalam perjalanan. Menangislah jika hidup memang hidup terasa sangat sakit dan menyesakkan, ingatlah kepada Allah, Tuhan yang mengatur segala sesuatu yang terjadi. Dikisahkan dalam buku ini kisah nabi Yakub yang pernah menangis ketika berdoa sampai mata beliau buta saat mengetahui Yusuf anak kesayangannya hilang. Kisah ini memberikan pesan ketika kita berada pada titik terendah dalam hidup merupakan kesempatan yang terbaik untuk berdoa, kita adalah manusia yang lemah mustahil mamp­­u memikul beban dunia tanpa melibatkan Allah. Angkatlah tanganmu ketika di titik terendahmu. Janganlah berhenti, janganlah menyerah, Allah selalu ada.

Buku ini sangat cocok untuk orang-orang sedang mengalami duka dalam hidup, mengalami kelelahan dalam menjalani proses kehidupan. Buku ini bisa menjadi teman untuk pembaca agar bisa terus melangkah, menikmati segala kegagalan, menjalani kehidupan yang fana ini. Cocok sekali kepada pembaca yang beragama muslim karena dalam setiap pembahasannya dikaitkan dengan kisah-kisah maupun ajaran-ajaran islam. Buku ini mengajarkan pembaca untuk bisa memaknai hakikat hidup yang sebenarnya, lebih bisa menerima kekurangan diri dan selalu melibatkan Allah dalam setiap hal. Bahasa dalam buku ini sangat mudah dipahami terutama untuk anak muda dan tidak terkesan menggurui. Ada 75 bab dalam buku ini yang membahas segala hal dalam hidup, dari bagaimana menyikapi kegagalan, bagaimana bersyukur, bagaimana menyiapkan masa depan, ada juga bab yang membahas tentang percintaan. (*)

*Fawwaz Adzansyah Islamy, mahasiswa prodi Bimbingan Konseling Islam, Fakultas Dakwah UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Saya lahir di Purwokerto, Jawa Tengah pada tanggal 17 April 2002. Sekarang saya bergiat Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) Purwokerto. Saya beralamat di Desa Losari RT 10 RW 01, Rembang, Purbalingga. Bisa dihubungi di email: fadzansyah@gmail.com dan bisa berinteraksi melalui akun istagram @fawwazdzan.


Judul Buku : Maaf Tuhan, Aku Hampir Menyerah
Penulis : Alfialghazi
Peresensi: Fawwaz Adzansyah Islamy
Penerbit : Sahima
Cetakan : VIII
Tahun Terbit : 2020
Tebal : 245 Halaman
ISBN : 978-602-6744-47-0