Tulis Baca Dalam Membangun Peradaban Madani
Oleh: Ahmad Fairozi*
Sejarah perjalanan manusia, tidak pernah lepas dari kata “Peradaban” yang menjadi lembaran catatan dalam kehidupan sebuah suku-bangsa. Ditinjau dapi pengertiannya, Peradaban adalah bagian dari kebudayaan yang tinggi, halus, indah dan maju. Sedangkan pengertian peradaban yang lebih universal adalah kumpulan sebuah identitas terluas dari seluruh hasil budi daya manusia, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia baik fisik (misalnya bangunan, jalan), maupun non-fisik (nilai-nilai, tatanan, seni budaya maupun iptek), yang teridentifikasi melalui unsur-unsur obyektif umum, seperti bahasa, sejarah, agama, kebiasaan, institusi, maupun melalui identifikasi diri yang subjektif. (Baca: Peradaban)
Beberapa ciri utama masyarakat berperadaban adalah; Pertama, pertumbuhan kota yang merupakan kehidupan serba kompleks untuk melahirkan keahlian kerja, inovasi dan kemajuan dalam berbagai bidang. Kedua, berkehidupan dengan mempunyai tingkah laku yang luhur dan murni. Sedangkan yang Ketiga, adalah kemajuan dalam berbagai bidang, termasuk di dalamnya aktivitas fisik dan non-fisik manusia. (Susmihara: Sejarah Peradaban Islam; Hal 30-31).
Jika membaca sejarah kehidupan manusia, suku-bangsa terdahulu juga pernah mencapai puncak peradaban tertingginya, seperti Mesir kuno misalnya, yang menghasilkan bangunan Piramida serta teknik pengawetan mayat yang kemudian kita kenal dengan sebutan mumi. Yunani kuno, yang terkenal dengan para penghasil filsuf kenamaan seperti Thales, Plato, Socrates dan Aristoteles. Dan masih banyak lagi sejarah peradaban manusia yang lainnya.
Baca Juga: Bangsa yang Berkarakter adalah Bangsa yang Membaca
Hal tersebut tentunya dapat tercapai oleh cipta karya yang dihasilkan dari ruang berpikir manusia dalam mencapai kemajuan. Tidak akan pernah tercapai kemajuan dalam berbagai bidang, jika tidak ada proses berpikir tadi. Jadi, dengan proses pemikiran dan perenungan yang mendalam, manusia dapat mencapai tatanan berpikir tinggi dan dapat menghasilkan sebuah kemajuan. Termasuk kemajuan kebudayaan, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Jika kita coba analisa, dengan keadaan dimana orang mesir kuno membangun piramida, dimana orang yunani kuno mengembangkan pemikiran filsafatnya, maka proses untuk dapat menuju pada kemajuan tersebut adalah melalui konstruksi pemikiran manusia yang akan menghasilkan cipta karya tadi.
Pun demikian dengan aktivitas tulis baca manusia, sepanjang perjalanannya, manusia tidak pernah lepas dari aktivitas fisik yang di dalamnya terdapat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sarana manusia dalam membangun sebuah peradaban modern.
Melihat ciri peradaban di atas, dapat kita simpulkan bahwa peradaban terbentuk oleh aktivitas manusia dalam mencapai kemajuan berbagai bidang, termasuk di dalamnya adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak dapat lepas dari aktivitas manusia madani.
Tulis Baca Sebagai Penerang Peradaban
Minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan hasil sebuah survei yang dilakukan Central Connecticut State University di New Britain yang bekerjasama dengan sejumlah peneliti sosial menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara terkait minat baca. (Media Indonesia, 30/8/2016).
Survei di atas menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia jarang membaca. Minat baca masyarakat yang minim disebabkan oleh banyak hal, termasuk kesadaran diri untuk membudayakan baca buku yang masih belum menjadi sebuah kebutuhan.
Sejatinya, hasil survei tersebut merupakan tamparan bagi seluruh rakyat Indonesia. Dimana, syarat untuk mencapai pada tatanan masyarakat madani, diperlukan berbagai aktivitas manusia dalam mencapai berbagai macam kemajuan, termasuk di dalamnya adalah ilmu pengetahuan.
Padahal, Tulis baca adalah kunci ilmu pengetahuan, setidaknya itulah yang diperintahkan oleh Allah SWT, dalam ayat-ayat Al-Quran yang pertama kali diturunkan (Baca: QS. Al-Alaq; 1-5). Sangat jelas dalam ayat-ayat Al-Quran di atas menegaskan, bahwa dengan melalui perantara tulis baca, Allah mengajarkan ilmu pengetahuan terhadap manusia sebagai makhluk berpikir.
Selanjutnya, mengutip pernyataan Nashih Nashrullah, “Sumber peradaban Barat, khususnya kebudayaan Yunani Kuno, tidak mungkin muncul kembali bila bukan lantaran upaya penerjemahan dan studi kritis yang dilakukan para sarjana Muslim. Selain dalam hal pemikiran, bidang sains modern juga berutang pada geliat keilmuan Islami di Asia Tengah.” (Republika Online 23/1/2017).
Baca Juga: Budaya Membaca dan Membaca Sebagai Budaya
Seperti apa yang telah penulis sampaikan di awal, bahwasanya syarat utama dalam proses pembentukan masyarakat madani tidak pernah lepas dari aktivitas manusia dalam memajukan ilmu pengetahuan. Hal tersebut adalah domain yang tak dapat dipisahkan jika kita berbicara tentang peradaban.
Terbuki dengan adanya studi kritis dan upaya penerjemahan yang dilakukan oleh para sarjana muslim, barat, terutama eropa dapat mengenal kembali peradaban peninggalan nenek moyangnya yang sempat terkubur dan tidak diketahui oleh generasi penerusnya. Hal tersebut cukup membuktikan bahwa cipta karya manusia dihasilkan oleh proses berpikir yang tinggi.
Tentu dengan membaca, manusia menggunakan akal pikirnya untuk belajar pada sejarah dan kejadian-kejadian dimasa lampau. Pun demikian dengan aktivitas menulis, adalah upaya menjelaskan peristiwa penting sebagai sejarah dikemudian hari.
Tidak akan pernah dikatakan masyarakat berperadaban, jika aktivitas suku-bangsa belum mengupayakan pada pendekatan akan usaha dalam memajukan berbagai hal. Ini yang menjadi titik terpenting kita dalam mencapai tatanan masyarakat madani, yakni dengan melakukan berbagai aktivitas fisik dan non-fisik sebagai ciri utama dari masyarakat berperadaban.
*Pendiri Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).