Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Yakin, Nggak Mau Masuk Era Kids Jaman Now?


SAYA
tergerak untuk menulis tema ini karena habis dengerin lagu Kids Jaman Now by Ecko Show. Dengerinnya udah lama banget, tapi baru nulisnya sekarang. Hehe. Bagi yang belum tau lagu tersebut, silahkan cari aja di internet. Baik yang mp3 atau video-nya. Jujur, lagu pop semacam ini memang saya suka. Jadi ingat bondan sama saykoji. Asyik buat dugem sambil garap tugas.

Dalam lirik lagu tersebut memang berisi tentang negatifnya kids jaman now ya.  Istilah “Kids Jaman Now” sendiri awalnya muncul dari salah satu akun medsos palsu yang mengatas namakan Kak Seto. Istilah ini maksudnya membicarakan tingkah laku “anak-anak zaman sekarang”. Secara KBBI nih, istilah kids jaman now memang tidak sesuai dengan aturan bahasa Indonesia yang benar. Yang benar kan “anak zaman sekarang” atau kalau mau diinggriskan ya kids now era (bener gak?). Namun akhirnya, istilah ini terkenal juga di kalangan para anak-anak, remaja bahkan orang tua. Saya sendiri tahunya karena story whatsapp temen saya.

Opini “kids jaman now” kenapa negatif?

Seperti yang saya singgung di atas tadi, akun medsos palsu yang bernama Kak Seto itu kebetulan membicarakan anak-anak zaman sekarang. Dan kebetulan yang dia singgung adalah hal-hal yang negatif. Seperti halnya anak-anak yang bertingkah alay, berpacaran layaknya orang dewasa, bertingkah centil di depan camera itupun masih pake seragam SD dan memainkan permainan yang lebih keren ketimbang anak zaman dulu. Kalau anak zaman dulu mainnya kelereng, zaman sekarang mainnya gadget. Kalau dulu pake kamera butut, sekarang pake kamera double depan belakang. Mereka sudah bisa nyelfi, karaokean di musically.com bahkan buat meme-memean alay di sosmed.

Lalu hal demikian disebut negatif? Kalau mengundang ketidakmanfaatan, jelas ya negatif. Tingkah anak-anak yang tidak sepantasnya untuk seumuran mereka, kadang bikin manusia-manusia yang udah dewasa ngelus dada. Seperti halnya anak SMP yang baru saja putus pacaran tiba-tiba foto selfie, gak lupa mukanya dibuat berdarah-darah dengan caption postingan yang juga menggalaukan. Atau dalam kasus lain, karena sekarang sudah zaman smartphone maka mau gak mau mereka harus punya alat itu biar bisa disebut gaul. Parahnya kalau dulu ketika bertamu kita bisa saling berbicara secara leluasa dengan orang-orang di depan kita, sebaliknya zaman sekarang, kadang sibuk main smartphone sendiri-sendiri (Saya pernah kayak gini).

Masa iya sih nggak ada positifnya?

Kata siapa nggak ada? Ada, kok. Hanya merekalah yang bisa menempatkan sisi positifnya di atas segala-galanya. Mereka kids jaman now lah yang udah paham apa itu teknologi (yaialah, dulu kan masih belum ada zaman tekno). Mereka juga yang sekarang bisa faham dunia fotografi, meme, design, lay out dan menciptakan teknologi untuk keperluan masyarakat sekitar kita.

Banyak kids-kids jaman now yang juga terlahir multitalent dan berprestasi. Hafal Al-qur’an, main gadget-nya bukan nge-game tapi browsing ilmu pengetahuan, dan masih banyak lagi hal hebat lainnya. Yang namanya dunia peradaban teknologi, itu gak bisa disamain dengan tahun 90-an. Kalau yang mengatakan kids jaman now itu negatif semua, itu berarti dia lahir di era X, alias 90-an. Karena bukan zamannya, maka merasa risih dengan perubahan peradaban yang seglobal kini.

Coba dulu udah ada android, instagram, line, vlogger, dan media lainnya, mereka mungkin akan narsis layaknya kids jaman now ya. Boleh narsis, tapi tolong yang bermanfaat untuk kehidupan. Ehehe. Seperti apa itu? (pikir sendiri).

Jadi siapa yang kudu tanggung jawab atas positif dan negatif kids jaman now ini? ehm, ada yang jawab orang tua, pergaulan dan lingkungan. Menurut saya sendiri sih, orang tua. Orang tua yang anaknya lahir di era generasi kids jaman now itu mesti pinter-pinter jagainnya. Lingkungan modern dan serba teknologi kalau disalah manfaatkan ya bisa-bisa jadi era negatif-nya kids jaman now dong. Beruntunglah yang mungkin kita lahir di masa 90-an tapi masih nutut di era zaman sekarang. Kita mungkin masih ingat tingkah laku dan etika yang diajarkan nenek moyang kita dulu, tapi jangan abaikan kondisi modern saat ini. Etika dan kesederhanaan ikut era 90-an, era ilmu pengetahuan dan teknologi ya era sekarang. Ikutnya juga yang baik-baik, yang kalau ambil dari istilah sosmed kids jama now itu “yang faedah-faedah”.

Mau nggak jadi kids jaman now?

Harus mau. Kamu mau, hidup di era emas tapi masih stuck di era batu? Yakin bisa sejahtera? Makanya, yuk jadi kids jaman now yang selalu melakukan hal positif dan menciptakan progress dengan hal canggih apapun di area kita. Sistem informasi yang lengkap, jadikan kreativitas kita juga cekat. Jangan jadi kids jaman now yang versi nomor satu di atas ya, nggak bagus buat kesehatan, karena bisa menyebabkan gangguan jantung dan pikiran. Ehehe. (*)

*Robi’atul Andawiyah, Guluk-guluk, Sumenep, Madura. Bisa dikunjungi di http://andawiyachemista.blogspot.co.id atau @obikandawiya