Rayon Fatar dan Pola Pengkaderan Berbasis Perkembangan Zaman
SEJAK saya menginjakkan kaki di sini (PMII Rayon Fatar), pada awalnya tidak tahu engkau siapa dan apa hubungannya dengan saya. Sedangkan saya hanyalah pengagum pada sisi luar yang engkau tampakkan semata. Berlangsung begitu lama hingga akhirnya kita saling kenal satu sama lain yang membuat saya berfikir, oh, ternyata engkau adalah tempat belajar yang perlu saya perjuangkan agar nama engkau menjadi yang terbaik diantara yang baik. Dari sanalah, saya mulai belajar tentang berbagai banyak hal yang ada pada perisai biru kuning.
Baca: PMII dan Cara Pandang Menentukan Medan Juang
Di Rayon Fakultas Tarbiyah (Fatar, red) saya banyak melihat keberagaman bentuk manusia dan karakternya masing masing. Dari yang benar-benar tulus mengabdi hingga yang sekedar ingin populer menjadi pimpinan, dan ada juga mencari hidup dengan menjual eksistensi dan organisasi. Dari wacana yang paling kanan sampai wacana yang paling kiri semua ada di dalam gubuk kecil ini. Di usia rayon yang hampir setahun ini, ingin sekali merefleksikan sebuah konsep tentang Kaderisasi PMII Rayon Fatar, Komisariat IAIN Madura yang berbasis Perkembangan zaman. Karena saya melihat dari kuantitas kader PMII di IAIN Madura sangat luar biasa, maka upaya perbaikan apapun itu harus dimulai dari pendidikan.
Di PMII, pendidikan dipraktekkan secara lebih khusus dalam pengkaderan. Pengkaderan bukan semata-mata hendak menjadikan orang terdidik secara intelektual, berwawasan dan terampil secara teknis, melainkan juga membekali individu atas tugas kekhalifaan yang harus diemban manusia selaku hamba tuhan (abdullah). Tujuan pengkaderan itu juga bermaksud keberpihakan setiap anggota dan kader terhadap masyarakat dari mana mereka berasal. Di sini sebenarnya terletak tugas besar pengkaderan PMII. Di Rayon Fatar saya melihat ada tiga titik tekan dalam konsep pengkaderan ini.
Pertama, membangun anggota dan kader yang percaya akan kapasitas diri sekaligus memiliki keterikatan dengan kolektivitas. Artinya anggota dan kader yang menemukan kesadaran primordial.
Kedua, membebaskan anggota dan kader dari belenggu belenggu selama berabad-abad sepanjang sejarah nusantara, tanpa memangkas setiap anggota dan kader dari sejarah itu sendiri. Usaha mengidealkan lahirnya kader yang tidak mudah menyerah oleh tekanan sejarah sekaligus mampu memahami arah gerak sejarah serta mampu bergerak secara kapasitas di dalamnya.
Ketiga, membangun spiritualitas, keimanan dan pengetahuan serta keterampilan juga termasuk titik tekan dalam konsep pengkaderan ini. Artinya pengetahuan bukan hanya semata-mata olah mengolah intelektual, melainkan juga pemahaman kenyataan atau keadaan gerak.
Keimanan juga penting, bukan semata-mata PMII adalah islam, melainkan dari situlah elan vital dan keyakinan anggota dan kader terhadap jalan gerakan semakin diperkuat. Sebab, secara filosofis, pengkaderan PMII hendak menciptakan manusia merdeka (independen). Yaitu sosok manusia yang mampu berdiri sendiri atas kapasitas individualnya yakni mampu berakal kemampuan (syakilah) dari kekuatan (wus’a) insan ulul albab yang telah dianugerahkan Allah SWT.
Kerangka konsep pengkaderan yang barbasis perkembangan zaman yang saya maksud ialah sistem pengkaderan PMII yang memiliki upaya pembelajaran yang dilakukan secara terarah, terencana, sistemik, terpadu, berjenjang dan berkelanjutan untuk membangun potensi, mengasah kepekaan, melatih sikap, memperkuat karakter, memperluas wawasan, dan meningkatkan kecakapan insan pergerakan agar menjadi manusia yang muttaqin, beradap, berani, santun, cendekia, berkarakter, loyal, dan mampu menjalankan roda organisasi dalam upaya pencapaian dan tujuan perjuangannya.
Barangkali gagasan ini dibutuhkan oleh sahabat-sahabat PMII Rayon Fatar dan sahabat-sahabat PMII IAIN Madura. Sekiranya tidak di butuhkan, setidaknya gagasan ini bermanfaat bagi saya sendiri yang tak lebih sebagai tukang sapu di PMII. (*)
*Moh. Malthuf, abdi dalem PMII. Mahasiswa aktif IAIN Madura.