Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Penguasa Shadow Economy


KITA
tidak tahu lagi mana hitam, mana putih. Kita berkubang dalam hipokrisi setiap hari. Kejujuran, setia kawan, kehormatan kadang muncul dari perewa, penjahat. Sebaliknya, culas, pengkhianat, pencuri muncul dari orang-orang yang terlihat baik (Hal. 63).

Novel Bedebah di Ujung Tanduk merupakan novel ke- 6 dari sekuel novel Tere Liye yang memiliki beberapa judul yaitu Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Pulang, Pergi dan Pulang-Pergi. Penggabungkan dua tokoh utama dari dua novel yang berbeda, yaitu Bujang atau yang disebut  “Si Babi Hutan” dalam novel Pulang dan Pergi  dan Thomas seorang konsultan keuangan paling cakap di dunia yang terdapat dalam novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk menambah daya tarik dalam novel ini.  Penggabungan tokoh ini terdapat pada novel kelima dengan judul Pulang-Pergi hingga berlanjut ke novel terbarunya yaitu “Bedebah di Ujung Tanduk”.

Namun sebelumnya, kita akan kilas balik dari novel pertama yaitu Negeri Para Bedebah yang memaparkan sistem dan kebijakan keuangan yang berada dalam kehancuran. Kisah Thomas ini menjadi representasi masalah yang terjadi di Indonesia mengenai krisis moneter yang mengguncang dunia politik dan ekonomi. Di novel kedua yaitu Negeri di Ujung Tanduk mengisahkan kehidupan yang semakin rusak. Hal tersebut bukan karena bertambahnya orang jahat, melainkan bertambahnya orang yang tidak peduli. Para penipu menjadi pemimpin dan para penghianat menjadi pujaan. Dari kisah Thomas ini, kita belajar bahwa petarung sejati akan memilih bertahan demi membela kehormatan dengan jalan suci meski nyawa di ujung tanduk.

Berlanjut di novel Pulang yang mengisahkan awal mula Bujang mendapat gelar “Si Babi Hutan” hingga ia tinggal bersama penguasa shadaw economy di Jakarta. Bujang memiliki masalah serius mengenai definisi Pulangnya sendiri. Usut punya usut, hal tersebut berkaitan dengan kisah romantis dan fakta mengenai orang tuanya. Kemudian di novel Pergi, setelah kematian tragis Teuku Besar Keluarga Tong, Bujang pun menggantikan kepemimpinannya. Ia sering kali bimbang mau dibawa kemana Keluarga Tong ini. Ia pun teringat pesan-pesan Tuanku Imam, hingga ia memutuskan melepaskan tahtanya dan meminta sahabatnya melanjutkan kepemimpinannya.

Bersambung ke novel Pulang-Pergi, di sini masih tak lepas dari dahsyatnya petarungan antara penguasa shadaw economy dan kisah menggelitik antara Bujang dan Maria. Sekuel ini mengangkat Konspirasi hingga racun politik dalam kegiatan ilegal di tatanan negara yang dipermainkan layaknya hal yang lumrah dan legal. Pertarungan untuk mendapatkan kekuasaan tak kalah mulus meskipun dengan adegan tembak menembak. Mereka dengan mudahnya memberikan keterangan dengan pengada-adaan isu yang mampu diterima public untuk menutupi kejadian tersebut. Mereka tak malu-malu lagi, ketika di depan memberikan senyuman penuh pencitraan, namun dibelakang penuh dengan tipu daya.

Keberanian pengangkatan isu dalam mengkritik pemerintahan yang ada di dalam maupun luar negeri, membuat pembaca langsung terkoneksi dengan apa yang sedang terjadi atau pernah terjadi di negeri ini. Misalnya mengenai lemahnya penanganan tindakan ilegal seperti penyebaran dan penjualan buku bajakan, film bajakan dan barang-barang bajakan lainnya. Kemudian mengenai perebutan wilayah yang menimbulkan peperangan antara Palestina dan Israel, serta bersinggungan dengan covid-19 yang terus digemborkan di negeri ini. Kepiawaiannya dalam menyusun cerita yang mengangkat isu tentang politik dan kebusukan dunia hitam dalam sebuah konspirasi yang besar menjadi sisi unik dari kepenulisan Tere Liye.

Kisah Bedebah di Ujung Tanduk berawal dari Thomas yang mengundang Bujang dalam duel pertarungan di Klub Petarung. Kisah mengenai klub petarung ini terdapat pada novel Negeri Para Bedebah dan Negeri di Ujung Tanduk. Lantaran tak ada lagi petarung yang dapat mengalahkannya, maka Thomas mengundang Bujang untuk bertarung dengannya. Di tengah seru dan tegangnya pertarungan, Junior yang merupakan murid dari tuan Salonga melihat kejanggalan di jendela kaca besar sekitar medan pertarungan. Ia trus memperhatikannya hingga menyadari akan datangnya serangan yang memuntahkan peluru laksana simfoni menembur jendela kaca. Kisah mengenai tuan Salonga terdapat pada novel  Pulang, Pergi dan Pulang-Pergi.

Thomas dan bujang yang menyadari bahaya segera memerintahkan untuk evakuasi anggota klub petarung. Adegan tembak menembak, kejar-kejaran di jalan raya bahkan di Tol pun tak bisa dihindarkan dan akhirnya mereka berhasil kabur. Awalnya, Bujang mengira bahwa dirinya yang diincar oleh pembunuh bayaran bersenjata tersebut, mengingat bahwa ia pernah berkecimpung di dunia shadow economy. Shadow economy dapat diartikan sebagai semua aktivitas ekonomi yang berkontribusi terhadap perhitungan Produk Nasional Bruto maupun Produk Domestik Bruto tetapi aktivitas tersebut sama sekali tidak terdaftar.

Dalam pertempuran itu, Bujang akhirnya menyadari nyawa Thomaslah yang menjadi incaran mereka. Ditempat persembunyiannya, Bujang mengintrogasi Thomas dan Thomas pun bercerita bahwa dia berhasil menaklukan transaksi yang rumit. Prosesi ini membutuhkan penelitian data-data dan meretas informasi dari manapun. Seperti mantan anggota CIA dan kontraktor intelejen Edward Snowden, merilis ribuan dokumen rahasia ke wartawan. Dokumen tersebut merinci jaringan intelejen canggih AS bersamaan dengan beberapa negara Barat lainnya, yang bertujuan memata-matai penduduk sipil di seluruh dunia. Bedanya, mata-mata yang dilakukan Thomas berkaitan dengan transaksi tanah.

Keberhasilan transaksi jual beli lahan pegunungan milik Kerajaan Bhutan yang memiliki deposit plutonium terbesar di dunia membuat murka keluarga Teratai Emas yang merupakan senior dari penguasa shadow economy. Membangunkan amarah musuh lama dari persembunyiannya bisa berakibat fatal dalam dunia shadow economy yang telah digeluti oleh Bujang. Thomas dan Bujang segera mengkonsolidasi kekuatan yang mereka punya dengan menghubungi Yuki dan Kiko yang merupakan pasangan ninja kembar cucu dari guru Bushi yang tidak hanya ahli dalam memata-matai dan merentas informasi, namun juga pencari jejak terbaik dan mengajak White seorang marinir handal. Dari mereka, Bujang pun terhubung dengan Ayako yang merupakan istri dari Hiro Yamaguchi pemimpin shadow economy dari Tokyo.

Nyonya Ayako yang paham sejarah dari Keluarga Teratai Emas hingga penyebab yang membuat mereka murka atas transaksi tersebut, maka ia pun mengayomi dan memimpin kelompok ini untuk menyelamatkan Thomas. Misi Ayako yaitu secercah harapan agar pihak lawan mau bernegosiasi. Segala cara telah dilakukan, namun pemimpin Teratai Emas enggan memberi ampun. Thomas diburu hidup-hidup untuk dihukum di sebuah tempat yang sangat mengerikan. Hukuman yang lebih menyakitkan dari sekedar ditembak pistol. Tere Liye berhasil membuat pembaca tidak nyaman dengan kondisi tokoh utama yang selalu dalam keadaan terancam dan kejar-kejaran dengan musuh yang semakin dekat mengejar keberadaan mereka.

Novel Bedebah di Ujung Tanjung menguji kesetiaan dalam hubungan persahabatan antara Thomas, Bujang, Yuki, Kiko, Salonga, White, Junior dan Ayako.  Mereka bersatu dalam menyelesaikan masalah yang ada dihadapan mereka. Mereka mengerahkan semua kemampuannya meskipun nyawa di ujung tanduk. Musuh yang dihadapi bukanlah yang sembarangan karena mereka telah lama bersembunyi dalam kekuatan yang penuh, mereka bangun dari tempat tidur mereka untuk melakukan perlawanan balik dan meminta pertanggung jawaban dari orang yang telah menggangu kenyamanan dunia mereka.

Tuanku Imam menatap Thomas, “Ini menarik Thomas. Tidak semua orang mau mengakui dirinya bedebah. Kau sebenarnya telah memulai perjalanan panjang yang dilakukan opamu, dengan mengakui seorang bedebah. Besok lusa, kau bisa menemukan kedamaian seperti opamu” (Hal.65).

Meskipun karakter Thomas merupakan karakter paling bedebah, namun, dia tetap mau bertanggungjawab atas kesalahan yang diperbuat dengan cara meminta maaf atas hal tersebut. Permintaan maaf dan kesediaan pemimpin dari kelompok Teratai Emas untuk memaafkan tidak sebanding dengan pemberian maaf. Namun, Thomas tetap melakukannya dan terus berjuang habis-habisan saat dia dikejar dan juga diburu dan akhirnya kesungguhan dari hal tersebut memberikan hasil, akan tetapi Thomas harus kehilangan salah satu dari anggota rombongannya. Melalui tokoh Thomas, kita bisa belajar untuk tidak gegabah dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas segala resiko dari kesalahannya dengan meminta maaf secara tulus.

Novel Bedebah di Ujung Tanjung menawarkan sesuatu yang berbeda dari buku-buku sebelumnya. Di sini banyak teka teki yang terjawab dan saling berkaitan, sehingga pembaca harus mengingat-ingat cerita dari buku sebelumnya. Seperti karakter Diego yang dijelaskan terperinci mengenai asal sumber kekuatannya, kisah Si Mata Picek yang diceritakan opa Thomas yang menurutnya hanya fiksi belaka yang ternyata merupakan sejarah lama berkaitan dengan kerajaan Teratai Emas dan juga kisah cinta Bujang dan Maria yang disinggung oleh Ayako.  Ketegangan dalam cerita ini direnggangkan dengan humornya Kiko dengan tuan Salonga, Bujang dan Thomas.

Meskipun serial aksi ini menarik, namun, ceritanya sedikit monoton dan ada kerancuan seperti serial fantasi. Di mana tokohnya mampu menciptakan kekuatan baru disaat situasi terjepit. Hal ini mengingatkan pembaca pada serial Bumi karya Tere Liye yang dimainkan oleh tokoh Seli, Raib dan juga Ali. Selain itu, karakter tokoh utama yaitu Thomas dan juga Bujang sedikit membingungan dimana porsi mereka sama dan tidak terlalu menonjol. Akan tetapi, penyisipan pengetahuan mengenai shadow economy dan juga setting tempat yang mengagumkan membuat pembaca rela berselanjar di internet maupun You tube.

Novel  ini wajib dibaca bagi kamu yang menyukai novel seri aksi dengan alur yang menegangkan dan tak luput dari pertempuran. Tak hanya itu, penyisipan pengetahuan mengenai  konspirasi politik yang dibungkus secara epic dan sederhana mampu menggerakkan  pembaca untuk peka terhadap negeri ini. Tere liye pun tak henti-hentinya menyuarakan untuk tidak membeli atau membaca buku bajakan yang merupakan tindakan kriminal dengan memberikan ciri-ciri buku bajakan. Untuk memahami isi cerita ini, penulis menyarankan untuk membaca Novel  sebelumnya yaitu  Negeri Para Bedebah, Negeri di Ujung Tanduk, Pulang, Pergi dan Pulang-Pergi. Dan sekuel ini pun akan berlanjut pada novel Tanah Para Bandit. (*)

*Nur Fathonatus Salamah, tercatat sebagai mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Islam UIN Prof K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto. Dia  tergabung dalam Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) Purwokerto. Penulis bisa dihubungi lebih lanjut di e-mail: nfathonatus@gmail.com atau pembaca bisa berinteraksi melalui akun instagram @nufasasyifa.


Judul buku: Bedebah di Ujung Tanduk
Penulis: Tere liye
Peresensi: Fathonatus Salamah
Penerbit: Sabak Grip
Tahun terbit: 2021
Kota terbit: Depok
Tebal halaman: 414 halaman
ISBN: 978-623-97262-1-8