Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Krisis Membaca dan Dokumentasi


Oleh: Radent HR. Wiraraja (*)

Oke. Pada kalangan pemuda hari Ini sudah banyak yang mungkin tak mengenal sejarah, hari ini kita dihadapkan pada benar atau yang keliru. Sebab, pemuda-pemudi sudah krisis minat baca jadinya kita perlu membuat ideal mereka untuk suka membaca. Karena sejarah yang valid dan kongkret bisa penulis temukan di berbagai buku kalau di media masih banyak kaum-kaum pembohong  yang membalikkan kebenaran. Perlu kita ketahui bahwa membaca adalah tugas untuk mengenal dunia dari terciptanya manusia, penduduk asli Indonesia, budayanya atau kejadian yang dialami saat kemerdekaan dan provokator pasca revormasi, pemimpin yang diktator atau yang baik. Hal itu sangat perlu kita ketahui agar bisa menjadi acuan setiap langkah menuju masa depan.

Kita selagi masih hidup masih butuh bantuan dan dukungan seperti orang tua, teman dan guru. Apalagi kekasih tercinta, terkadang hal itu bisa membuat api semangat semakin berkobar. Tetapi apabila kalian hanya berwawasan karena paksaan atau suruan biasanya tidak akan bertahan lama ada sih tapi sedikit. Penulis biasanya menemukan di kelompok/komunitas, sebab di dalamnya mempunyai visi dan misi yang harus tercapai, di situlah cara-cara untuk mencapai biasanya ada 2, yang pertama, Paksaan, dan yang kedua Suruhan. Seperti di atas yang telah diuaraikan. Hal itu penulis alami sendiri ketika dipaksa minatnya tidak awet.

Tetapi, kalau minat sendiri insyaallah akan awet sampai mati. Perlu kita menerapkan hal tersebut tetapi jangan terlalu mengekang, karena mereka akan jenuh jadi biarkan mereka memakan buah yang  telah kita tanam. Masalah cara memanjatnya terserah mereka. Tapi, kita harus memantaunya jangan seperti orang yang bertenak sapi, ketika saat lapar dia diberi makan sesudahnya tinggal tunggu panggilan. Semua memang tergantung pada dirinya, tapi hendaklah kita berikir bahwa realita yang membaut orang dianggap salah padahal didalamnya apik-apik wae.

Ingat: ulama tidak memberikan masalah kepada kita tapi ulama mengajarkan kita untuk memperkuat imannya. Bukan langsung tergantung pada dirinya. Di dalam hukum syariat sudah jelas bahwa hukum ada dua yaitu hukum diri sendiri, hukum bersama. Jika kita hanya memasrahkan semua pada yang di atas (tuhan) maka tunggu kemarau esok datang. Sebab, tuhan suka terhadap orang berprosees bukan hanya diam bertawakal, huuus buang jau-jau-sudah ngawur ini teh, kembali lagi saja.

Mengenal sejarah lewat buku

Banyak penulis menangkap sejarah terutama Negara ini, PKI, pemimpin yang berpolitik nepotisme dan terusiknya Orde Baru. Pada dasarnya, masa penjajah belanda sampai jepang, PKI sangat ikut andil menuju kemerdekaan yang berival bersama sarikat islam (SI). Dahulu partai komunis Indonesia sangat serius menghadapi kolonial penjajah dengan  cara-cara sepakterjalnya untuk mengeluarkan rakyat tanpa ganggua penyakit kebodohan. Sebab, masyarakat pada masa itu menganut kata kapitalisme siapa yang banyak maka disitulah pemegang kuasa–lagi hak mereka dirampas dengan paksa dalam artian sitem penguasanya otoriter semua rakyat tak boleh pandai, tiak boleh ada kerimunan sebut saja (Ormas) dan gagasan yang membahayakan terhadap penjajah. Sehingga yang ingin berkuasa maka orang tersebut harus bekerja sama (penjajah). Jadinya  (SI) membuat sekolah dijawa timur yang dipimpin bapak Tan Malaka.

Tunggu sebentar. sebelum lanjut penulis akan mengenalkan Bapak Tan Malaka, dia adalah sosok pahlawan yang hampir dilupakan oleh sejarah yang terkena tuduhan oleh pemimpin yang otoriter dikarenakan pahamnya tak sehaluan. Tapi, penulis menangkap kata-kata bapak Tan malaka:“suaraku akan lebih nyaring dari alam kubur” sehingga hal itu harus dibenahi oleh masyarakat hari ini. Bagi pembaca jangan langsung menyalakan tanpa mengetahui betul bahwa dia adalah dalang pemberontan. Mungkin pembaca bisa langsung baca buku geografi Tan Malaka karya Bapak Arifin dll. orang tersebut begitu dikagumi oleh dunia karena gagasannya yang membangun tidur panjang masyarakat dan disegani oleh cendikiawan tua sampai muda dunia terutama indonesia. Bapak Tan Malaka nama aslinya iyalah Ibrahim atau sebut saja pangeran Dari malaka yang tanpa mahkota. Dia dekenal karena intelektualnya dari dalam negeri atau luar negeri. Lanjut, ketika memimpin sekolah di Jawa Timur mereka (penjajah) merasa tidak nyaman akan keberadaannya, sehingga penjajah membuang Tan Malaka dari negaranya sendiri. Tapi, pengabdiannya tidak selesai sampai hari itu– dia dari luar (Indonesia) masih bergerak dengan tulisannya menyumbangkan wawasan untuk mengeluarkan Indonesia dari penderitaan penjajah dan ideologinya sangat mempengaruhi pola pikir masyakraat sampai pasca menjelang kemerdekaan Indonesia.

Juga pelengseran pemimpin dari almarhum bapak Suharto sampai almarhum Gus Dur, hal itu sangat memicu pada diri kita karena kejadian tersebut membuat pergerakan yang semakin numpuk ada yang pro ada yang kontra, sebab pada masa orde baru  gagasan yang yang membuat guncang kursi Negara akan dibungkam, seperti contoh seo hog gie, marsina, wiji tukul dan tokoh lain yang tak bisa penulis sebutkan satu-persatu. Mereka sangat peduli terhadap kaum proletar (buru, tani, dll) pada masa itu. Karna, bagi mereka parlemen negara sudah melenggar UUD 45 terutama idiologi kita (pancasila)  yang tak berperi kemanusiaan Dan pemimpin yang tak satu priode (Alm. Gus Dur), penulis menemukan buku karya ferdika utama di mana di dalamnya terdapat dokumen yang dirahasiakan oleh parlemen masa itu untuk melengserkan beliau dari kursi Negara. Profokatornya iyalah mas amin rais, kang fuad bawazir dan kawan-kawannya yang seiman. Meskipun mas amin yang mencalonkan almarhum tapi lama-kelamaan ada pembisik yang membuatnya berubah dari sikap aslinya, tetapi pembaca jangan langsung benci. Karna, mas amin dkk. Intelektualnnya juga  membantu Negara ini dan pemahamannya yang membumi. Meskipun hal tersebut bersifat negatif, Mari jangan hanya tinggal diam bahwa sejarah begitu penting bagi kehidupan kita, sebab apa? Kita bisa belajar dengan sejarah agar apa yang akan kita lakukan bisa menjadi acuan untuk melangkah kedepan.

Pepatah bilang “jika kalian ingin mengenal dunia maka membacalah dan jika kalian ingin dikenal dunia maka menulislah”. Mungkin hal itu bisa dipakai dalam tujuan hidup sebab hidup harus mempunyai visi dan misi agar apa yang akan kita inginkan menjadi terang. Kalau hidup tidak punya teguh pendirian ibaratkan pohon yang hanya ikut angin. Maka kita sebagai masyarakat terutama santri untuk ikut andil membenarkan sejarah agar kebenaran terbongkar secara fakta.

Menentukan hak dan kewajiban

Sebenarya hak kita adalah mencintai dan kewajiban kita memiliki, la disitu perlu kita kaji unutk mendominasikan rasio paham-paham kita, mana yang spiritualitas dan yang antroposentris jadi tesis-tesis kita harus penuh dengan rel-rel, agar tujuan kita sampai tanpa gangguan. Mencintai sebenarnya sama dengan mencintai buku, penulis pernah melihat jargon diperpustakaan pondok yang berbunyi jika kalian ingin belajar mencintai buku, ambil bukunya lalu mari mencintai. masalah memiliki sebenarnya tak harus ya. Gini saja cintailah apa yang pembaca miliki, jangan mencintai apa yang pembaca belum dimiliki. Itu dulu, tuhan itu menghendaki apa yang diinginkan manusia tetapi dengan proses yang bersungguh-sungguh. Maka, kita harus sadar bahwa yang abadi itu ditulis yang dikenang itu dibaca. Manusia itu begitu mulya dari jajaran kaum surga. Tapi, jika manusia jelek maka akan lebih buruk dari setan. Begitulah manusia bila lembut akan lembut dari kapas dan apabila kasar akan lebih kasar dari karang-karang lautan.

Kaum antroposentrisme mengajarkan suatu paham bahwa manusia adalah pusat alam semesta. Pada abad pertengahan tersbut masyarakat lebih mengenali dirinya sebaga ras dan partai juga keluarga, hegel menegaskan bahwa manusia adalah titik dari sejarah, jadinya kita hari ini  perlu menanamkan rasa terhadap kejadian apapun. Karna, apabila mereka atau cucuk kita nanti membutuhkan data yang lengkap  kejadian saat dulu dan hari ini maka akan gampang merka mempublikasikan. Ketika kita hanya menyimpan dalam memori saja tidak dibukukan, di situlah masalah terbesar kita. titik itu tidak akan berkembang secara pesat–seperti sekarang. Semisal ada cerita seoarang mahasiswa prodi antropologi s3 untuk menyelasaikan tugasnya itu harus ke Belanda. Karena, sejarah Negara kita ini dimiliki oleh mereka. jadinya harus kenegara mereka, itupun harus mempunyai  biaya yag cukup mahal dan disanapun menetap dalam seminggu. Bayangkan budaya itu milik kita mengapa kita masih dibatasi? Mengapa kita masih harus merantau kesana padahal itu adalah hak kita?. Karna dahulu tidak banyak orang yang membukukan tentang Negara ini dan kebanyakan hanya disimpan dalam otaknya. Perlu pembaca tau bahwa sebenarnya Budaya Indonesia itu hasil belanda Budaya kita masi terdominasi terasparan, pengungkapan tersebut penulis mendapatkan didikusikan di komunitas Woung_Tang.

Masalah tersebut penulis mengajak kita kedepannya agar membukukan dan mengingat dengan membaca biar tidak menjadi kaum yang melarat seperti gelandangan yang ada dijalan yang tak dihiraukan oleh atasan. juga agar tak terkecoh oleh hal-hal negatif seperti gesekan-gesekan kapitalisme. Kalian tau bahwa Ketika kita membaca di stulah tanpa sadar kita mengelilingi dunia.

Mari kita sebagai warga Negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) yang kata orang tanah kita adalah tanah surga harus mengempunnya dengan baik dan jangan lupa kewajiban kita  untuk menjaga kesatuan, kelestarian budaya, kesejahteraan, kemanusian yang adil. Biar kemajuan Negara bisa tercapai hari ini, kalau tidak bisa hari ini hari esok, kalau tidak bisa hari esok hari seterusnya. Karna, dauh alm. K.H. A. waris ilyas syarqawi, begini “berjuang tak harus menang”. Mungkin itu saja dari penulis kurang dan lebinya terima saja sebab kesempurnaan hanyalah milik tuhan semata dan kekurangan hanyalah milik kita semua. Wallahua’lam! (*)

*Pemuda yang Lahir Dari Perantara Luka Kelahiran Soengenep Dan kini Hijrah Ke kraton Yogyakarta. Lalu menjadi Mahasiswa UINSUKA prodi Akidah Dan Filsafat Islam. Bisa Dikunjungi Di Catatankakipujangga.Blogspot.com