Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Spiritualitas Lelaku Lelana

Chubbi Syauqi. (dokpri)

Oleh: Chubbi Syauqi (*)

Saya bukanlah seorang kutu buku yang sanggup membaca berjubel-jubel buku . Daya literasi membaca buku saya tergolong masih rendah. Namun, entah mengapa saya ingin sekali membaca buku. Buku yang saya baca berjudul “Catatan Hikmah Ayah Petualang: Bertualang Untuk Kembali Pulang”. Buku ini bikin saya keranjingan untuk melahap selembar demi lembar, lamat-lamat mata saya menyusuri huruf-huruf yang tercetak hitam tanpa melewatkan satu huruf pun. Hingga tak terasa dipaksa berhenti di halaman akhir. Jika boleh bercerita, kegilaan saya membaca buku ini timbul karena ketertarikan pada desain sampul yang berpanorama alam dan seorang lelana. Bagi saya sampul buku itu mencandrakan sebuah pengembaran yang mempanoramakan sense of religion.

Pada hakikatnya, hidup kita di dunia tak lebih dari sebuah pengembaraan menuju jalan pulang. Mengutip dari bait Syair Sun Ngawiti anggitan Kyai Sa’dulloh (1960), “ingatlah bahwa kita hidup di  dunia sebagai pengembara, suatu saat pasti akan pulang ke hadapan Allah.” Oleh karenanya, kita hanyalah tamu yang mampir ngombe dalam mengembara mencari rumah untuk pulang. Kita ngombe untuk menyesap pengetahuan hidup sebagai bekal untuk perjalanan dan pengembaraan itu sendiri. Dalam term ilmu menurut orang Jawa, pengembaran menuju jalan pulang dinamakan ilmu sangkan paraning dumadhi. Kata sangkan paraning dumadi, berasal dari bahasa Jawa sangkan berarti dari, paraning berarti arah tujuan, dan dumadi yang berarti kejadian. Sangkan paraning dumadi memberikan pengetahuan tentang dari mana asal kejadian ini dan  akan kemana akhirnya. Ilmu sangkan paraning dumadi erat dengan ajaran tasawuf mengenal diri sebagai upaya manusia untuk mengenal dan mendekat atau bahkan menyatu dengan tuhan (wahdatul wujud atau manunggaling kawula gusti). Dalam ajaran tasawuf, orang harus mengenal lebih dulu tentang dirinya sendiri. Katanya “Bagaimana bisa dia mengenal Tuhan, sedangkan terhadap dirinya sendiri dia belum kenal?”. Karena itu katanya pula: “Kenalilalah dirimu dulu, nanti kamu akan kenal kepada Tuhan.

Upaya untuk mengenali terhadap diri sendiri, salah satunya terdapat pada lelaku berpetualang atau mengembara. Salah satu bukti dari aktivitas pengembaraan yang berujung pada spiritualitas, dapat kita cermati dalam kisah Al-Ghazali. Tatkala dirinya berada di puncak karir  menjadi rektor Nizhamiyah. Al-Ghazali merasa gundah, kerena merasa ilmunya belum diamalkan totalitas di jalan Allah. Adapun jabatan rektor, hanya akan menyibukan dirinya terhadap dunia. Karena merasa kurang sreg, ia pun menanggalkan jabatannya dan memutuskan mengembara, uzlah ke palestina, lamat-lamat sampai ke tengah hutan. Dalam permenungannya di hutan, ia melahirkan beberapa karya, salah satunya kitab Ihya Ulumudin.  

Jika seseorang berpetualang, ia akan mendapatkan pengalaman yang  tak lazim nan unik. Sebelum berpetualang, hendaklah sang petualang membekali dirinya dengan keberanian. Banyak tantangan serta resiko dampak dari petualangan yang berpotensi terhadap bahaya fisik, sebut saja seperti; menjelajahi hutan; memanjat gunung, arung jeram; serta penjelajahan ekstrem lainnya. Bagi sebagian orang, petualangan menjadi ajang kecakapan hidup seseorang. Segala ihwal tentang petualangan, Kata Andre Malraux dalam bukunya  “La Kondisi Humaine” (1933), menjadi tolak ukur seseorang untuk mempertaruhkan nyawanya. Hidup juga tak ubahnya dengan petualangan, sebagaimana pendapat Hellen Keller yang menyatakan bahwa hidup dipenuhi dengan ekses yang memaksa seseorang berpetualang atau tidak.

Lelaku petualangan juga dapat berdampak pada keuntungan dalam pengetahuan, sebagaimana yang dilakukan oleh penjelajah agung Ibnu Batuta, misalnya, menggunakan petualangan untuk memahami begitu luasnya ciptaan-Nya (tafakkur). Hal ini senada dengan pendapat Muhammad Kholik, pada hakikatnya orang-orang petualang (pengembara) adalah orang-orang spiritual (hal. 79). Mereka bertualang bagaikan seorang salik yang menempuh suluk untuk mencapai jalan tuhan (Sabilus Salikin). Dari setiap penjelajahan Ibnu Batuta, ia selalu mendeskripsikan kondisi spiritual, politik, dan sosial setiap negeri yang disinggahinya. Seluruh kisah perjalannya, tertuang dalam sebuah karyanya yang berjudul Tuhfah al Nuzzar fi Ghara ib al Amsar wa Ajaib al Asfar (Persembahan Seorang Pengamat tentang Kota-Kota Asing dan Perjalanan Mengagumkan).

Dalam perspektif ilmu, alam yang mengitari kehidupan kita adalah bagian dari realitas. Akan tetapi, ilmu tidak serta merta menerima segala yang tampak pada alam. Ia justru memberikan amanat kepada manusia untuk menelisik kesejatian dari realitas alam. Dengan demikian, bagi ilmu, alam merupakan bahan penyelidikan dan penelitian, supaya diketahui sebaik-baiknya oleh manusia. Sedangakan daalam perspektif Islam, alam tidak dinilai semata-mata rasional. Dengan pandangan ini, tergugah emosi manusia dan perasaan keagungan Kholiqnya. Kesadaran akan kholiq, dapat kita cermati bersama sebagaimana kisah Ibrahim as, tatkal dirinya dilanda gelisah mencari tuhan. Ia melakukan pengembaraan, pengamatan, dan penelaahan pada alam semesta. Pada permenungan alam semesta, Ibrahim menemukan Kholiqnya.

Hal yang sama juga ditemukan dalam kisah buku ini, Buku anggitan Mukhammad Kholik ini banyak bercerita mengenai pengembaraanya ke alam bebas. Mulai dari menjelajah belantara hutan, menggumuli metropolitan, hingga mendaki ke puncak gunung. Dari proses pengembaraanya, ia menemukan keagungan tuhan dan spiritualitas dalam dirinya (hal.139). Pada akhirnya, buku “Catatan Hikmah Ayah Petualang; Berpetulang Untuk Kembali Pulang” ini memberikan kesadaran spritualitas terhadap narasi petualangan.Tidak hanya persoalan rekreasi dan tantangan, melainkan mutiara hikmah yang perlu diketengahkan dalam lelaku berpetualang, tentunya dengan tanggung jawab intelektual-spiritual yang gigih. (*)

*Chubbi Syauqi, lahir di Banyumas, 1 Maret 2000. Dia tercatat sebagai Mahasiswa Jurusan Tarbiyah, Prodi Manajemen Pendidikan Islam UIN Prof KH Saifuddin Zuhri Purwokerto. Dia tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) cabang Purwokerto komisariat Agussalim UIN Prof. KH Saifuddin Zuhri, serta terdaftar sebagai anggota Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) Purwokerto. Alamat rumahnya di Jln. Achmad Zein RT 02/ RW 03, Pasir Kidul, Purwokerto Barat. Alamat e-mail: chubbisyauqi2000@gmail.com. HP:085876365662. Intagram :syauqichubbi


Data Buku
Judul Buku: Catatan Hikmah Ayah Petualang Bertualang Untuk Kembali Pulang
Penulis: Mukhamad Kholik
Peresensi: Chubbi Syauqi
Penerbit: Samawi Press (Bekerjasama dengan CV.Rizquna)
Cetakan: I, November 2020
ISBN: 978-623-7678-93-9
Halaman: 296