Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hari Ibu, Ajang Mengenang Jasa Perempuan Di Seluruh Dunia


Oleh: Tri Agus Whulantari*

Hari Ibu merupakan salah satu peringatan Hari Nasional yang selalu mendapat perhatian khusus dari masyarakat Indonesia. Bagaimana tidak, banyak kalangan pendidikan, organisasi, bahkan masyarakat luas memperingati hari ibu dengan beragam cara. Di Indonesia, Hari Ibu ditetapkan pada tanggal 22 Desember oleh Presiden Indonesia yang pertama yaitu Ir. Soekarno di bawah Dekrit Presiden No. 316 pada tahun 1953 yang bertepatan dengan ulang tahun Kongres Perempuan yang ke-25.

Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat di negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Australia, Kanada, Jerman, Belanda, Singapura, Malaysia dan Italia memperingati hari ibu (Mother’s Day) setiap hari Minggu di pekan kedua bulan Mei, sedangkan perayaan hari Ibu di wilayah Timur Tengah seperti Mesir dan Arab diperingati setiap tanggal 21 Maret. Melihat perbedaan perayaan Hari Ibu di berbagai negara, maka sudah jelas bahwa Presiden Soekarno memilih tanggal 22 Desember sebagai peringatan hari ibu yang dirayakan secara nasional dengan alasan tertentu.

Mungkin tak banyak masyarakat Indonesia yang tahu, bahwa peristiwa bersejarah yang bertepatan dengan tanggal 22 Desember adalah Pembukaan Kongres Perempuan yang digelar pada tanggal 22-25 Desember 1928 di Gedung Dalem Jayadipuran Yogyakarta. Terinspirasi oleh pahlawan-pahlawan perempuan di abad 19, membuat organisasi perempuan Jawa dan Sumatera kala itu menggelar Kongres yang pertama dengan tujuan meningkatkan hak-hak perempuan dalam bidang pendidikan dan pernikahan, melihat banyaknya kaum perempuan yang tidak mendapatkan hak pendidikan serta pernikahan dini.

Awal mula Presiden Soekarno menetapkan hari ibu sebagai peringatan hari nasional bagi perempuan adalah karena ditetapkannya Hari Kartini 15 tahun lebih dulu. Tahun 1938 Presiden Soekarno menetapkan hari lahir Kartini sebagai peringatan Hari Emansipasi Perempuan untuk aktivis perempuan, yang bertepatan pada ulang tahun Kongres Perempuan yang ke-10. Hal ini membuat banyak masyarakat Indonesia yang ternyata kontra, karena Kartini disinyalir hanya berjuang di Jepara dan Rembang saja. Kondisi ini berbeda dengan pahlawan perempuan lainnya yang berjuang untuk Indonesia seperti Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Rasuna Said, Martha Kristina Tiahahu, Maria Walanda Maramis, dan lain-lain. Namun Hari Kartini telah terlanjur ditetapkan, hingga akhirnya tepat saat ulang tahun Kongres Perempuan yang ke-25 Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember sebagai peringatan Hari Ibu untuk mengenang jasa pahlawan perempuan lainnya selain memperingati Hari Kartini.

Setiap negara memiliki alasan masing-masing untuk menetapkan hari ibu. Melihat sejarah ditetapkannya Hari Ibu di Indonesia, maka sudah jelas bahwa alasan Presiden Soekarno menetapkan Hari Ibu adalah untuk mengenang pahlawan perempuan yang telah menumpahkan darahnya di bumi pertiwi demi kemerdekaan sebuah negara, dan memerdekan bangsa dari jajahan. Jika perempuan kala itu, dibawah jajahan tetap mampu mengaktualisasikan diri dengan berbagai cara, maka sudah sepatutnya generasi perempuan berikutnya yang hidup dengan kemerdekaan mampu meneladani dan mengapresisiasi perjungan-perjuangan pahlawan perempuan di hari ibu.

Seiring dengan berkembanganya zaman, kini Hari Ibu dilakukan dengan perayaan terhadap peran seorang ibu baik dalam keluarga, maupun lingkungan sekitar. Ada yang memperingati hari ibu dengan cara membebaskan seorang ibu dari tugas-tugas domestiknya seperti masak, mengurus anak, dan mengurus rumah tangga. Ada pula yang memperingati hari ibu dengan cara memberikan hadiah-hadiah tertentu untuk seorang ibu, atau bagi ibu-ibu yang memang bergelut di kancah publik, biasanya dirayakan dengan perayaan-perayaan kecil seperti sebuah pesta dengan hadiah-hadiah atau bahkan membagi-bagikan bunga, dan ada pula yang memperingati hari ibu dengan mengadakan kompetisi seperti lomba masak dan mengenakan kebaya.

*Perempuan kelahiran Tuban, 17 Agustus 1994 ini, alumni Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang, pernah menjabat Redaktur Pelaksana Tri Media (Media Kampus Unitri Malang) dan pernah aktif di Organisasi Ekstrakurikuler yakni, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) sebagai Direktur Korps PMII Putri (Kopri) Komisariat Country Unitri Malang 2015.