Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Satu Artis Boy Band Korea vs Ribuan Warga Palestina


Ribuan manusia dibunuh di Palestina, mereka diam. 1 plastik bunuh diri, mereka menangis” Kurang lebih kalimat meme seperti di atas yang diposting oleh @memecomicindonesia di akun twitternya. Meme tersebut seketika mendapatkan perhatian khusus secara spontanitas dari para netizen, utamanya para kpopers Indonesia. Mereka menduga bahwa istilah satu plastik tersebut adalah Jonghyun, penyanyi sekaligus boy band Korean-pop. Mungkin ini tidak akan ramai di dunia nyata, tapi bagi yang aktif di sosial media, kejadian ini dapat melibatkan seluruh kpopers di dunia. Siapa yang rela, jika bias (istilah korea bagi artis yang disukai) mereka meninggal dunia kemudian diselipi dengan postingan yang demikian.

Ya, baru kemarin, Rabu 20 Desember 2017, boy band group Shinee telah kehilangan salah satu anggotanya, Jonghyun (27) yang dikabarkan meninggal di apartemennya karena menghirup karbon monoksida. Polisi menduga hal itu merupakan tindakan bunuh diri karena Jonghyun yang memiliki riwayat depresi. Rasa kesedihan menyelimuti para agensi SM Entertaiment, artis sesama agensinya; EXO, Red Velvet, Super Junior, SNSD maupun di luar agensi seperti BTS, Wanna One dan lainnya.

Para Shawol (sebutan bagi fans Jonghyun-Shinee) yang mungkin hanya mendengar kabar dari media untuk pertama kalinya seketika histeris, bahkan ketika Jonghyun masih baru saja dilarikan ke rumah sakit terdekat. Postingan yang mengandung do’a, tangisan, kesedihan, dan semua gambar atau lagu yang dikenang fans dari Jonghyun semasa hidupnya diposting di akun mereka masing-masing.

Meme dari MCI di atas, mungkin sebagai sindiran bagi netizen akan kesadaran MCI bahwa selama ini warga palestina yang banyak meninggal karena peperangan jarang ada yang menangisi hingga separah menangisi satu artis korea. Mungkin MCI-pun menganggap bahwa menangisi artis korea itu tidak ada gunanya, apalah hanya artis, korea lagi. Sedangkan hal seperti para korban Palestina yang seharusnya membutuhkan lebih banyak uluran tangan manusia seakan-akan tidak digubris. Namun, siapa yang tahu, netizen yang dalam hal ini adalah kpopers, mereka juga sedih akan orang-orang palestina yang kehilangan rumah dan keluarganya? Siapa yang tahu, para pencinta Kpop itu hanya diam saja? Lalu jika mereka tidak menangisi orang palestina sehisteris itu apa iya sudah dibilang tidak berperi kemanusiaan?

Oke, sampai di sini saya tidak menyalahkan keduanya atau membenarkan keduanya. Saya mencoba untuk netral, karena saya juga Kpopers amatiran dan bukan orang yang ahli dalam membuat meme-memean.

MCI sudah baik dalam mengingatkan tapi terlihat seperti sindiran, rasa tidak suka, dan nyinyiran. Parahnya, mereka memposting meme tersebut ketika para netizen larut dalam kesedihan akan kematian artis korea tersebut. (Apa memang meme bentuknya kayak gitu semua kali  ya?). Bagi netizen yang bukan kpopers garis keras, mereka menganggap hal itu terlihat biasa, bahkan mungkin ada yang setuju. Namun, sebaliknya, netizen yang kontra akan langsung menuai krtitikan terhadap MCI, bahkan meng-unfollow akun tersebut secara serentak (The power of kpopers). Mereka menganggap, MCI tidak menghargai kpopers.

Alasan lainnya, mungkin karena agensi MCI tidak suka kpop atau bukan fans dari Shinee -ini hanya kemungkinan dasar dari saya-. Karena jika hal demikian dibalikkan ke diri saya sendiri, mungkin saya juga akan melakukan hal tersebut, tapi bukan meme juga, hanya postingan biasa. Jadi bisa dipastikan, orang-orang yang setuju dengan postingan meme tersebut adalah mereka yang bukan Kpopers. Entah itu yang suka bahasa sosial politik, nasionalis, agamis, ekonomi, literasi dan masalah negara. Ya, pokoknya yang bukan biasnya kpop.

Bagi mereka yang mungkin anti kpop, jika yang meninggal adalah tokoh nasionalis atau agamis, penulis dan semacamnya mungkin akan bertindak sama dengan para kpopers. Walau, mungkin caranya berbeda. Bisa dengan memberikan tuaian doa lewat literasi atau puisi-puisi. Dan anggapan anti kepada kpopers mungkin hanyalah “apa-apaan sih, sampai segitunya nangisin bias?”, “terlalu berlebihan” dan semacamnya.

Lalu bagaimana bagi kpopers? dugaan saya yang sempat terbersit kenapa mereka sampai sehisteris itu menangisi kepergian artis korea tersebut adalah mereka menyukai grup boy band tersebut sudah sejak lama. Yang sudah mereka nikmati lagunya bertahun-tahun lamanya, yang mereka sudah tahu kesukaan dan kebencian para membernya, yang sudah mereka sayangi sebagai orang yang di-fans-kan. Sama seperti kalian mungkin yang menyukai lagu-lagu Chrisye, lagu-lagu Michel Jackson, atau puisi-puisi Gahlil Gibran?. Bagaimana setelah ditinggalkan mereka selama-lamanya?.

Saya juga merasa bahwa jika ada artis yang saya kagumi meninggal dunia, saya mungkin juga akan merasa sedih dan akan mengenang hasil karya-karyanya. Terlepas dari saya bukan Shawol biasa, memang aksi para Shawol dan kpopers terlihat berlebihan. Bahkan dari mereka ada yang mau bunuh diri namun bisa diselamatkan. Ada yang menangisi sambil menatap layar laptop yang isinya foto-foto Jonghyun dan itu dia merekamnya memakai kamera depan sambil berbicara di depan layar, “let’s be sad together”, begitu judul postingannya. Saya tidak habis pikir, kenapa harus diajak sedih bersama?. Mungkin ada sebagian besar orang lain bertanya-tanya,”Sampe mau bunuh diri??? Sampe segitunya kah? How can it be?” Itu hanya pertanyaan yang bisa dijawab oleh yang melakukan.

Semua postingan demi postingan kematian Jonghyun mereka histeris, yang jika dikumpulkan dalam satu tayangan akan menyebarkan rasa kegalauan yang tinggi. Bolehlah, sedih. Tapi bersikaplah dengan tenang, tetap mendoakan yang telah pergi, dan jangan terlarut dalam kesedihan yang mendalam. Bersikap sedih dengan memposting hal-hal terkait secara berlebihan akan membuat orang-orang yang membacanya akan merasa sedih lagi ketika mereka mencoba untuk menepis kesedihan, akan membuat aura mereka menjadi negatif, akan membuat mereka tau bahwa mereka susah sekali untuk kuat. Jadi, keep calm and stay strong, Shawol.

Oke, memang ekspresi kesedihan orang-orang itu berbeda, ada yang berlebihan, sedang dan biasa-biasa saja. Jika para netizen atau warga di seluruh dunia menangis karena masalah palestina, saya yakin, meme yang seperti di atas tidak akan terposting sampai kapanpun. Orang yang anti, akan beranggapan bahwa menangisi orang palestina adalah lebih baik dari pada menangisi artis korea.

Mungkin ini juga dikarenakan tentang apa yang disukai atau siapa yang dijadikan panutan dalam perfandoman. Jika mereka adalah fandom para mujahid, meme begitu tidak akan ada. Jika mereka adalah fandom para tokoh masyarakat, meme yang kata-kata sindiran begitu mungkin tidak akan ada. Menangisi hal-hal yang bersifat bencana, seperti halnya korban tsunami, korban gempa bumi, korban peperangan adalah lebih baik daripada menangisi satu artis korea. Menangisi para tokoh legendaris lebih utama ketimbang menangisi tokoh penyanyi pop. Para tokoh legendaris lebih berkontribusi dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, ketimbang artis yang bisa nyanyi dan akting saja. Tapi, yang namanya manusia-manusia fans akan melakukan apa saja untuk biasnya. Faham?. (*)

*Robi’atul Andawiyah, Guluk-guluk, Sumenep, Madura. Bisa dikunjungi di http://andawiyachemista.blogspot.co.id atau @obikandawiya


Note: Tulisan ini tidak bersumber kajian ilmiah, hanya sekedar opini pribadi penulis. Tidak membahas tentang budaya remaja kekinian, atau penganut paham profesisme yang berbeda-beda. Tidak dibahas dalam sudut pandang pengamat sosiolog, psikolog, ilmu perfandoman dan ilmu-ilmu lainnya.