Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Gaduh Tahun Politik


JELANG
pilpres 2019, media sosial kini mulai gaduh dengan riuhnya intrik politik dengan tensi yang cukup tinggi. Para pendukung masing-masing bakal calon presiden-wakil presiden sudah mulai menampakkan taringnya dengan saling serang satu sama lainnya. Tidak hanya soal adu gagasan dan visi-misi masa depan, lebih dari itu, serangan diantara masing-masing pendukung sudah mengarah pada intimadasi seseorang dalam menyalurkan hak politiknya.

Apa yang menjadi peringatan Prof. Mahfud MD kepada para pendukung masing-masing calon presiden menjadi hal yang masuk akal. Beliau prihatin melihat dinamika media sosial yang kian hari kian mencemaskan. Bukan tanpa alasan, beliau mengingatkan jika para netizen itu sedang diadu domba untuk suatu kepentingan politik pada pilpres 2019 mendatang.

“Sahabat-sahabat, Saya prihatin melihat perang di medsos menyongsong Pilpres 2019 yang umumnya seperti memperhadapkan kubu Jokowi dan kubu Prabowo sebagai musuh. Di antara para pendukung sudah saling serang secara tidak sehat dan tidak baik bagi masa depan NKRI. Anda diadu domba, Kawan,” tulisnya mengawali curhatan di media sosial Twitter pribadinya.

“Pak Prabowo dan Pak Jokowi itu bukan musuh, mereka hanya berkompetisi secar politik. Pak Prabowo itu sudah saling berkunjung dengan Pak Jokowi. Banyak pertemuan mereka yang diberitakan, banyak yang tak diketahui publik. Masa, Anda kalap padahal mereka rukun. Ayolah, jaga NKRI,” tegasnya melanjutkan cuitannya.

Memang, dalam waktu dekat di beberapa tempat terutama pulau Jawa sedang akan melangsungkan pemilihan kepala daerah (Pilkada 2018) baik di tingkat kabupaten/kota dan provinsi. Bagi pihak-pihak tertentu, ini merupakan kesempatan yang menarik untuk mengukur kesuksesan pada pilpres 2019 mendatang. Artinya, Pilkada merupakan pemanasan jelang tahun politik 2019 yang menurut sebagian orang, Pilkada serentak 2018 tahun ini adalah tolak ukur kesuksesan tahun politik 2019.

Bagi mereka yang ingin mengambil keuntungan dari hal ini, tentu akan memproduksi berita bohong (hoax) yang tujuan akhirnya memang ingin membuat kekacauan politik dan kestabilan ekonomi maupun kerukunan beragama. Menurut data dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) misalkan, berita Hoax terjadi tiap akan diselenggarakan pemilihan umum (Pemilu), baik pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). (Tipikindo.com 12/1/2017).

Meski demikian, hoax memang tidak mengenal waktu kapan hal itu dimunculkan dan menjadi viral, namun puncaknya dapat dipastikan jika itu akan terjadi setiap akan menjelang tahun-tahun politik, entah hal itu berkaitan dengan Pilkada maupun pilpres.

Kembali lagi pada keprihatinan Prof. Mahfud di atas, menjadi sangat beralasan jika beliau mengingatkan para netizen untuk tidak terpancing akan propaganda yang dilancarkan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingannya. Bahkan, Prof. Mahfud mengawali kultwitnya dengan tanda NKRI, yang menurut hemat penulis, taka da yang lebih utama dari menjaga keutuhan NKRI ini dari pada hanya bertentang dan terhasut olleh propaganda menyesatkan berita hoax yang dapat mengakibatkan perpecahan dikemudian hari.

Penyebaran Hoax sendiri merupakan strategi yang digunakan seseorang untuk melakukan kejatan terhadap orang lain, dengan memanfaatkan teknologi informasi melalui media massa maupun sosial. Dengan demikian, hoax memang ditujukan kepada publik untuk melakukan intimidasi yang memiliki tujuan memecah belah bangsa ini. Oleh sebab itu, ketika bangsa ini lemah akibat perpecahan, maka penjajah akan dengan mudah menguasai Indonesia yang kita cintai ini dalam genggaman hegemoninya.

Mari, sebagai sesame orang Indonesia, kita saling menghormati hak-hak orang lain dan saling menjaga sikap untuk tidak terjerumus dalam propaganda yang mereka lancarkan. Gunakan teknologi informasi sebagai pusat kita belajar dan mentelaah untuk tidak mudah dalam menarik kesimpulan terhadap sesuatu yang belum tentu sesuatu itu benar apa adanya.

Jadilah kita manusia madani yang berwawasan luas dan menghormati setiap hak-hak orang lain. (*)

*Ahmad Fairozi, Pendiri Rumah Baca Indonesia (Rumah Baca ID).